Bismillah

Foto saya
"wahai orang-orang beriman! bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat), dan bertaqwalah kepada Allah. sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.."

:::::::

Photobucket

14 Apr 2011

Teruntuk Mereka Yang Putus Asa





Bismillah.. semoga menginspirasi..

_____________________________________

“…agar engkau tidak berputus asa atas apa yang hilang darimu, dan tidak terlalu berbahagia dengan apa yang datang kepadamu.”

“ Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat

Allah kecuali orang-orang kafir”

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, akan dijadikan untuknya jalan keluar” (QS.Ath-Thalaq:2)

“Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat”



Saudari/ra ku……..

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Setelah cucuran air mata akan terbit sebuah senyuman, dan setelah malam ada siang. Awan duka akan bercerai-berai, malam pekat menjadi terang, kemalangan akan selesai dan derita akan usai, dengan izin Allah.



Heri esok akan menghapus semua mimpi buruk, mengusir semua kesedihan, dan menggantinya dengan canda tawa.

Ketahuilah bahwa kehidupan hanya beberapa menit, bahkan hanya beberapa detik maka jangan habiskan ia hanya untuk menangisi sesuatu yang tidak membawa faedah bagimu.Semoga kesedihan yang engkau alami segera berlalu dan kebahagian segera menggantikan deritamu.



Disetiap tempat engkau menemukan kegelapan dalam hidupmu. Tidak ada langkah yang tepat kecuali engkau nyalakan pelita dalam dirimu.

Ketika seseorang menyakiti dan melemparimu maka jadilah engkau seperti pohon kurma. Ketika dilempar batu, maka ia membalasnya dengan buahnya yang manis.



Jangan putus asa. Mencoba itu memang lambat, dan akan ada penghalang yang menghadang cita-cita itu, maka jangan pernah kalah olehnya.



Barangsiapa yang memberbanyak istighfar, maka Allah akan menjadikan baginya jalan kesenangan dari setiap kesedihan, dan jalan keluar dari setiap kegelisahan.

Jika engkau menyerahkan hidupmu kepada keputusasaan, maka engkau tidak akan tahu apa-apa dan tidak kan mendapat kebahagiaan.



Peristiwa-peristiwa tak mengenakkan yang menimpamu, itulah yang akan mengajarkanmu bagaimana menikmati anugrah.

Jangan ceritakan beban hidupmu kecuali kepada orang-orang yang membantumu dengan pikiran dan ucapan demi sebuah kebahagiaan.



Seorang ibu yang anaknya jatuh dari tempat yang tinggi, tak seharusnya menghabiskan waktu dengan menangis dan berteriak.Ia harus segera membalut lukanya.Begitu juga dengan setiap orang yang yang pernah dilukai dan dikecewakan,tak seharusnya waktunya dihabiskan untuk meratapi nasibnya.Hidup tak boleh berhenti, karena disebabkan kecewa dan putus asa.Segera bangkit dan cari obat penawar dari segala luka.



Bagi orang-orang yang dikecewakan dan putus asa, ingatlah bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna,adalah salah jika anda beranggapan bahwa hidup ini harus memberi kebaikan kepadamu seratus persen.Ini hanya akan terjadi di surga nanti. Tidak semua yang anda inginkan dapat menjadi kenyataan. Anda tidak akan pernah menjumpai seorang Ayah, istri, kelurga,kawan, sahabat, teman-teman atau yang menjadi pasangan hidupmu kelak, pekerjaan,atau

organisasi yang padanya tidak terdapat sesuatu yang akan menyulitkan dan akan sempurna dalam pandangan anda.



Jika engkau menuntut segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan seleramu, serta tidak menginginkan sesuatu kecuali yang engkau sukai, maka berhati-hatilah! Sebab dengan demikian engkau harus bersiap-siap untuk terjatuh ke dalam lembah kesedihan.Engkau akan merintih ketika kehilangan apa yang engkau impikan, bahkan bisa jadi engkau malah tidak memperoleh apa yang engkau impikan dan perlukan.



Jangan memikirkan sesuatu yang tidak berharga dan membuatmu putus asa. Lupakanlah keberadaannya.Berkonsentrasilah untuk kesuksesan, sebab dengan begitu hatimu tidak akan berdebar-debar.Jika engkau kesulitan dalam pekerjaanmu, jangan putus asa, jangan ragu dan gelisah,percayalah jalan keluar akan segera datang.

Bersiaplah engkau menghadapi hal terburuk dalam hidupmu, maka engkau akan memperoleh perasaan baik sebagai hadiah.



Saudara/ri ku

Putus asa biasanya disebabkan dua hal.

Pertama, karena mengenang masa lalu. Dan kedua, karena memikirkan masa depan.

Masa lalu sering membelenggu manusia. Pengalaman traumatis yang pernah dialami atau dilihat sering menjadikan orang bersedih hati memikirkannya kembali. Ada yang karena kehilangan atau ditinggal oleh orang yang dicintainya. Ada yang karena pengalaman dirinya sendiri sangat pahit. Ada juga yang masa lalunya dipenuhi dengan dosa-dosa yang telah tertumpuk sedemikian besarnya. Semua ini menjadikan orang bersedih, selalu diliputi perasaan berdosa, dan pada akhirnya trauma untuk melangkah. Maka mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila.Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, menghapuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.



Masa depan juga sering menjadikan orang ketakutan. Banyak orang yang dihantui oleh kekhawatiran menghadapi masa depan. Mereka melihat masa depan itu serba suram, gelap, dan menakutkan.



Bagi orang yang tidak percaya pada Tuhan atau bagi mereka yang imannya masih kurang, bisa jadi mereka selalu dibelenggu oleh dua masa ini. Terhadap masa lalu mereka traumatik, sedangkan terhadap masa depan mereka selalu diliputi oleh perasaan takut. Sedih atas masa lalunya dan khawatir masa depannya.



Adapun bagi orang-orang beriman, tak ada yang perlu ditakuti juga tak perlu sedih hati. Mereka yakin bahwa Allah Maha Kasih dan Sayang, dan rahmat-Nya meliputi segenap alam.

Karena Allah sudah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS Fushshilat:30).



Dalam kamus Islam tidak dijumpai kata putus asa. Kehilangan harapan ini merupakan penyakit yang tidak semestinya melanda seorang muslim, sebab dengan bekal iman tauhidnya tak mungkin seorang muslim berputus asa.



Saudara/ri ku

Kita tak kuasa mengubah masa lalu dan melukis masa depan sesuai dengan keinginan kita.Lalu mengapa kita membunuh diri sendiri dengan bersedih dan putus asa atas sesuatu yang tidak mungkin kita ubah.



Maka, Saudara/ri ku

Jauhilah putus asa, putus asa adalah hanya pantas bagi orang kafir, Sedangkan seorang mukmin tidak ada dalam kamus hidupnya putus asa.Obat bagi segala keputusasaan adalah kembali kepada Sang Khalik dan berpegang teguh kepada Agama-Nya. Serta bertakwa kepada-Nya karena barangsiapa bertakwa kepada Allah, akan dijadikan jalan keluar dan solusi dari segala permasalahan yang kita hadapi.



Posted by: Ahmad Bin Ismail Khan

Padang,14 April 2011

Inspirasi by: -Latahzan and As’ad al-Mara’ah fi al-‘Alam by Dr. Aidh Al-Qarni

7 Apr 2011

hakikat Ikhlas

Fatwa Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili

Ikhlas merupakan nur dari nur Allah swt. yang dititipkan Allah dalam hati hamba-Nya yang beriman, lalu Allah memotong dengan nur itu dari selain-Nya. Itulah prinsip ikhlas.

Kemudian ikhlas itu bercabang menjadi empat kehendak:
1. Kehendak ikhlas dalam beramal untuk mengagungkan Allah swt.
2. Kehendak ikhlas untuk mengagungkan perintah Allah swt.
3. Kehendak ikhlas untuk meraih balasan dan pahala
4. Kehendak ikhlas dalam membersihkan dari cacat-cacat yang tidak bisa dihalau, selain tindakan tersebut.

Semua kehendak tersebut kita lakukan. Barangsiapa berpegang salah satu dari kategori di atas, ia disebut orang yang ikhlas (mukhlish) yang mendapatkan derajat di sisi Allah swt. Sebagaimana firman-Nya:
“Allah Maha Melihat atas apa yang mereka kerjakan.”
Untuk itulah Allah swt. menceritakan, sebagaimana dikisahkan Jibril kepada Rasulullah saw. “Ikhlas itu merupakan rahasia dari rahasia-Ku, yang Kutitipkan dalam hati orang yang Aku cintai dari hamba-hamba-Ku.”

Apabila engkau ingin selamat dari tipudaya, maka ikhlaslah dalam beramal semata karena Allah swt. disertai ilmu pengetahuan. Dan janganlah engkau rela sedikitpun terhadap nafsumu. Aku melihat seakan-akan aku thawaf di Ka’bah, untuk mencari ikhlas dalam diriku. Aku sedang menyelidiku ikhlas tersebut dalam rahasia batinku. Tiba-tiba ada suara yang tertuju pada, “Sudah berapa kali engkau ragu-ragu bersama-sama orang yang ragu. Sedangkan Aku adalah Maha mendengar, lagi Maha Dekat, Maha Mengetahui lagi Maha Mengawasi? Pengenalanku mencukupkan dirimu dari ilmu generasi awal dan akhir, selain ilmu Rasul dan para Nabi.”

Ikhlas itu ada beberapa kategori:
Ikhlas dari seorang yang mukhlis, maka ia ikhlas bersama-Nya dan ikhlas bagi-Nya.

Dalam hal ini terbagi dua:
Ikhlasnya kaum “Shadiqin” dan ikhlasnya kaum “Shiddiqin”. Ikhlasnya Shadiqin semata untuk mendapatkan balasan dan pahala, sedangkan ikhlasnya Shiddiqin, semata untuk memandang Wujud Al-Haq, sebagai tujuan, bukan tertuju pada sesuatu di sisi-Nya.

Maka barang siapa disinggahi hatinya oleh ikhlas yang sedemikian rupa itu, maka ia dikategorikan orang yang dikecualikan dari ucapan musuh-Nya, dengan firman-Nya: “…dan pasti akan menyesatkan mereka semua, kesuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas.” (Q.s. Al-Hijr: 39-40)

Sabar Adalah Gerbang Segala Kebaikan

Sesungguhnya iman itu terdiri atas dua bagian: sebagian sabar dan sebagian syukur. Keduanya merupakan dua sifat dari sifat-sifat Allah Ta’ala dan dua nama dari al-asmaa-ul-husnaa, dimana Dia menamakan Diri-Nya dengan nama ash-Shabuur dan asy-Syakuur. Maka kebodohan terhadap hakikat sabar dan syukur, sebenarnya adalah kebodohan daripada sifat-sifat Dia Ta’ala.

Keutamaan Sabar

Allah Ta’ala sesungguhnya telah menyifatkan orang-orang yang sabar, dengan beberapa sifat. Ia menambahkan lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar. Ia menjadikan derajat dan kebajikan itu sebagai hasil (buah) dari sabar. Maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami, yaitu ketika mereka berhati teguh (sabar)”. (QS. As-Sajadah : 24).

“Dan telah sempurnalah perkataan yang baik dari Tuhan engkau untuk Bani Israil, disebabkan keteguhan hati (kesabaran) mereka”. (QS Al A’raf : 137).

“Kepada orang-orang itu diberikan pembalasan (pokok) dua kali lipat, disebabkan kesabaran mereka”. (QS. Al Qashash : 54)

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu, akan disempurnakan pahalanya dengan tiada terhitung”. (QS Az-Zumar : 10).


Maka tidak ada dari pendekatan diri manusia kepada Allah (ibadah), melainkan pahalanya itu ditentukan dengan kadar dan dapat dihitung, selain sabar. Dan sesungguhnya adanya puasa itu sebagian dari sabar dan puasa itu separuh sabar, maka Allah Ta’ala mengaitkan puasa itu bagi orang-orang yang bersabar, bahwa Ia bersama mereka.

“Hendaklah kamu bersabar, sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Anfal : 46).

“Ya! Kalau kamu sabar dan memelihara diri, sedang mereka datang kepadamu (menyerang) dengan cepatnya, Tuhan akan membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang akan membinasakan”. (QS. Ali ‘Imran : 125).

Dan penelitian semua ayat-ayat tentang kedudukan sabar itu akan panjang bila diteruskan.

Adapun hadits-hadits yang menyangkut dengan sabar, maka di antara lain, Nabi s.a.w. bersabda : “Sabar itu separuh iman”, sebagaimana nanti akan diterangkan caranya sabar itu separuh iman. Adapun hadits-hadits yang lain di antaranya:

“Dari yang sekurang-kurangnya diberikan kepada kamu, ialah: keyakinan dan kesungguhan sabar. Siapa yang diberikan keberuntungan dari keyakinan dan kesungguhan sabar itu, niscaya ia tidak peduli dengan yang luput dari padanya, dari shalat malam dan puasa siang.

Dan engkau bersabar di atas apa yang menimpa atas diri engkau, adalah lebih aku sukai, daripada disempurnakan oleh setiap orang daripada kamu, kepadaku, dengan seperti amalan semua kamu. Akan tetapi aku takut, bahwa dibukakan kepadamu dunia sesudahku. Lalu sebagian kamu menetang sebagian yang lain. Dan akan ditantang kamu oleh penduduk langit (para malaikat) ketika itu. Maka siapa yang sabar dan memperhitungkan diri, niscaya memperoleh kesempurnaan pahalanya”.

Kemudian Nabi s.a.w. membaca firman Allah Ta’ala: “Apa yang di sisi kamu itu akan hilang dan apa yang di sisi Allah itu yang kekal. Dan akan Kami berikan kepada orang-oang yang sabar itu pembalasan, menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya” (An-Nahl:96).

Diriwayatkan Jabir, bahwa Nabi s.a.w ditanyakan tentang iman, maka Beliau menjawab: “Sabar dan suka memaafkan”.

Dikatakan bahwa Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada nabi Daud a.s.:

“Berakhlaklah dengan akhlak-Ku! Sesungguhnya sebagian dari akhlak-Ku, ialah, bahwa Aku Maha Sabar.”

Pada hadits yang diriwayatkan ‘Atha’ dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat orang-orang Anshar, lalu beliau bertanya:

“Apakah kamu ini semua orang beriman?”.

Semua mereka diam. Maka menjawab Umar r.a.: “Ya, wahai Rasulullah!”.

Nabi s.a.w. lalu bertanya: “Apakah tandanya keimanan kamu itu?”

Mereka menjawab: “Kami bersyukur atas kelapangan. Kami bersabar atas percobaan. Dan kami rela dengan ketetapan Tuhan (qadha Allah Ta’ala)”.

Lalu Nabi s.a.w. menjawab: “Demi Tuhan pemilik Ka’bah! Benar kamu itu orang beriman!”.

Nabi s.a.w. bersabda:

“Pada kesabaran atas yang tidak engkau sukai itu banyak kebajikan”.

Isa Al-Masih a.s. berkata:

“Engkau sesungguhnya tiada akan memperoleh apa yang engkau sukai, selain dengan kesabaranmu atas apa yang tiada engkau sukai”.

Adapun atsar, maka di antaranya ialah terdapat pada surat khalifah Umar bin al-Khatab r.a. kepada Abu Musa Al-Asy’ari r.a., yang bunyinya di antara lain:

“Haruslah engkau bersabar! Dan ketahuilah, bahwa sabar itu dua. Yang satu lebih utama dari yang lain: sabar pada waktu musibah itu baik. Dan yang lebih baik daripadanya lagi, ialah sabar (menahan diri) dari yang diharamkan Allah Ta’ala. Dan ketahuilah, bahwa sabar itu yang memiliki iman. Yang demikian itu, adalah bahwa takwa itu kebajikan yang utama. Dan takwa itu dengan sabar”.

Ali r.a. berkata pula:

“Sabar itu dari iman, adalah seperti kedudukan kepala dari tubuh. Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak mempunyai kepala. Dan tidak ada iman, bagi orang yang tiada mempunyai kesabaran”.

Adalah Habib bin Abi Habib Al Bashari, apabila membaca ayat: “Sesungguhnya dia (Ayub) kami dapati, seorang yang sabar. Seorang hamba yang amat baik. Sesungguhnya dia tetap kembali (kepada Tuhan)” (QS. Shad : 44), lalu beliau menangis dan berkata: “Alangkah menakjubkan! Ia yang memberi dan Ia yang memujinya.”

Penjelasan Hakikat Sabar

Ketahuilah kiranya, bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dan suatu kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (saalikiin). Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: ma’rifah, ahwal dan amal. Maka ma’rifah itu adalah pokok, dialah yang mewariskan ahwal; dan ahwal itu yang membuahkan amal.

Ma’rifah itu adalah seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah. Dan ini terdapat pada semua kedudukan para saalikiin. Seperti demikian pula sabar. Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma’rifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal yang tegak berdiri.

Adapun insan itu, maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain dan berhias, kemudian nafsu keinginan kawin. Dan tak ada sekali-kali pada insan —pada masa kecil tersebut— kekuatan sabar. Pada anak kecil itu yang ada hanyalah tentara hawa nafsu, seperti yang ada pada hewan.

Akan tetapi, Allah Ta’ala dengan kurnia-Nya dan keluasan kepemurahan-Nya, memuliakan anak Adam dan meninggikan derajat mereka dari derajat hewan-hewan. Maka Allah Ta’ala mewakilkan kepada manusia itu ketika sempurna dirinya dengan mendekati kedewasaan, dua malaikat. Yang satu memberinya petunjuk dan yang satu lagi menguatkannya. Maka berbedalah manusia itu dengan pertolongan dua malaikat tadi dari hewan-hewan.

Maka jadilah insan itu dengan sinar petunjuk, mengetahui bahwa mengikuti nafsu syahwat itu tidak disukai pada akibatnya. Akan tetapi, petunjuk itu tidaklah memadai, selama tidak ada baginya kemampuan untuk meninggalkan yang mendatangkan melarat. Lalu ia memerlukan kepada kemampuan dan kekuatan yang dapat menolakkannya kepada menyembelih nafsu syahwatnya itu. Lalu ia melawan nafsu syahwat tersebut dengan kekuatan itu. Sehingga diputuskannya permusuhan nafsu syahwat tadi darinya. Maka Allah Ta’ala mewakilkan seorang malaikat lain padanya yang membetulkannya, meneguhkannya dan menguatkannya dengan tentara yang tiada engkau dapat melihatnya. IA memerintahkan tentara ini, untuk memerangi tentara nafsu syahwat. Maka sekali tentara ini yang lemah dan sekali ia yang kuat.

Hendaklah dipahami, bahwa peperangan itu, terjadi antara penggerak agama dan penggerak hawa nafsu. Dan peperangan antara yang dua tadi, berlaku terus menerus. Dan medan peperangan ini ialah qalb hamba.

Sumber bantuan kepada penggerak agama itu datangnya dari para malaikat, yang menolong barisan (tentara) Allah Ta’ala. Dan sumber bantuan penggerak nafsu syahwat itu, datangnya dari syaitan-syaitan yang membantu musuh-musuh Allah Ta’ala.

Maka sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama menghadapi penggerak nafsu syahwat. Kalau penggerak agama itu tetap, sehingga dapat memaksakan penggerak nafsu syahwat dan terus-menerus menantangnya, maka penggerak agama itu telah menolong tentara Allah. Dan berhubung dengan orang-orang yang sabar. Dan kalau ia tinggalkan dan lemah, sehingga ia dikalahkan oleh nafsu syahwat dan ia tidak sabar pada menolaknya, niscaya ia berhubungan dengan mengikuti syaitan-syaitan.

Jadi, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat itu adalah amal perbuatan yang dihasilkan oleh suatu ahwal, yang dinamakan sabar, yaitu tetapnya penggerak agama yang berhadapan dengan penggerak nafsu syahwat. Tetapnya penggerak agama itu adalah suatu hal yang dihasilkan oleh iman, dengan memusuhi nafsu syahwat dan melawannya, karena sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sesungguhnya semua yang tersebut itu, adalah isyarat yang mengisyaratkan kepada hal-hal yang lebih tinggi dari ilmu mu’amalah. Maka kami terangkan, bahwa telah jelas sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama pada melawan penggerak hawa nafsu. Dan perlawanan ini adalah termasuk ciri khas anak-anak Adam, karena diwakilkan kepada mereka, malaikat-malaikat yang mulia yang menuliskan amal perbuatan mereka.

Sabar itu Setengah Iman

Ketahuilah kiranya, bahwa iman itu pada suatu kali, disandarkan secara mutlak kepada tasdiq dengan pokok-pokok agama, dan pada suatu kali lainnya dengan amal shalih yang datang dari tasdiq itu, dan pada suatu kali lainnya lagi keduanya sekaligus: iman dan amal shalih.

Adapun “sabar itu setengah iman” berdasarkan dua pandangan dan atas kehendak dua pemakaian kata. Pandangan pertama, iman itu dikatakan secara mutlak kepada semua tasdiq dan amalan. Lalu iman itu mempunyai dua sendi (rukun). Yang satu yakin dan yang lain sabar.

Yang dimaksudkan dengan yakin ialah ma’rifah-ma’rifah yang diyakini kepada pokok-pokok agama. Dan yang dimaksudkan dengan sabar ialah amal (berbuat) menurut yang dikehendaki oleh keyakinan. Keyakinan tersebut, misalnya, mengajarkan bahwa maksiat itu mendatangkan melarat dan tha’at itu mendatangkan manfaat. Dan tidak mungkin meninggalkan perbuatan maksiat dan rajin kepada taat, selain dengan sabar. Maka adalah sabar itu separuh iman dengan pandangan ini. Dan karena itulah, rasulullah s.a.w. mengumpulkan di antara keduanya, dengan sabdanya:

“Di antara yang paling sedikit yang diberikan kepada kamu ialah yakin dan keras kesabaran”.

Pandangan kedua, iman itu dikatakan secara mutlak kepada ahwal yang membuahkan amal, dan bukan ma’rifah-ma’rifah. Dan ketika itu, terbagilah semua yang ditemui oleh hamba dalam hidupnya, kepada yang bermanfaat kepadanya di dunia dan di akhirat atau yang mendatangkan melarat kepadanya di dunia dan akhirat. Dan hamba itu dengan dikaitkan kepada yang mendatangkan melarat kepadanya mempunyai hal (sifat) syukur. Maka syukur itu dengan pandangan ini adalah salah satu dari dua bagian iman, sebagaimana yakin adalah salah satu dari dua bagian itu, menurut pandangan pertama di atas.

Dengan pandangan tersebut, Ibnu Mas’ud r.a. berkata:

“Iman itu dua paruh (nishfu), separuh sabar dan separuh syukur”.

Hal-Hal tentang Sabar

Ketahuilah kiranya bahwa sabar itu dua bagian: Pertama, bagian badaniah, seperti menanggung kesukaran dengan badan dan tetap bertahan atas yang demikian. Dan ini adakalanya dengan perbuatan, seperti mengerjakan perbuatan-perbuatan yang sukar. Adakalanya dari perbuatan-perbuatan ibadan dan bukan ibadah. Adakalanya dengan penanggungan seperti sabar dari pukulan keras, sakit parah dan luka-luka besar.

Kemudian bagian kedua, kalau adalah sabar dari nafsu syahwat perut dan kemaluan, maka dinamakan ‘iffah (pemeliharaan diri). Kalau sabar itu pada musibah, maka disingkatkan saja atas nama sabar, lawannya adalah gelisah dan keluh kesah. Kalau sabar itu pada membawakan kekayaan dinamakan mengekang diri, lawannya dinamakan sombong dengan kesenangan (al-bathar). Kalau sabar pada peperangan dinamakan berani, lawannya pengecut. Kalau sabar itu dalam menahan amarah dinamakan lemah lembut, lawannya ialah at-tadzammur (pengutukan diri kepada yang sudah hilang). Kalau sabar itu pada suatu pergantian masa yang membosankan maka dinamakan lapang dada, lawannya mangkal hati dan sempit dada. Kalau sabar itu pada menahan diri dari kehidupan dunia maka dinamakan zuhud, lawannya lahap.

Maka yang terbanyak dari akhlak iman itu masuk dalam sabar. Karena itulah, pada suatu kali Nabi s.a.w. ditanyakan tentang iman, lalu beliau menjawab: “Ialah sabar”. Karena sabar itu yang terbanyak dari amal-perbuatan iman dan yang termulia dari amal perbuatan itu. Allah Ta’ala mengumpulkan bagian-bagian itu dan semuanya dinamakan sabar, dengan firman-Nya:

“Mereka yang sabar dalam musibah, kemiskinan dan ketika peperangan. Merekalah orang-orang yang benar dan merekalah orang-orang yang bertakwa - memelihara dirinya dari kejahatan”. (QS Al Baqarah : 177).

Jadi, inilah bagian-bagian sabar, dengan perbedaan hubungan-hubungannya. Dan siapa yang mengambil arti (maksud) dari nama, niscaya ia menyangka bahwa hal keadaan itu berbeda pada zatnya dan hakikatnya, dari segi ia melihat nama-nama itu berbeda. Maka arti itu pokok dan kata-kata itu adalah pengikut. Siapa yang mencari arti dari pengikut, niscaya tidak boleh tidak, ia akan tergelincir. Dan kepada dua golongan itulah, diisyaratkan dengan firman Allah Ta’ala: “Adakah orang yang berjalan menelungkup di atas mukanya lebih mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan dengan lurus di atas jalan yang benar? (QS. Al Mulk : 22).

Ketahuilah kiranya, bahwa penggerak agama, dikaitkan kepada penggerak hawa nafsu itu mempunyai tiga hal/keadaan:

Bahwa ia memaksakan penggerak hawa nafsu. Lalu penggerak hawa nafsu itu tidak mempunyai lagi kekuatan untuk melawan. Dan sampai kepada yang demikian itu, dengan berkekalan sabar. Yang sampai kepada tingkat ini adalah sedikit. Yakni, ash-shiddiqun, dan al-muqarrabun. Mereka itulah orang-orang yang akan dipanggil: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridla, yang diridlai.”

Bahwa menanglah pengajak-pengajak hawa nafsu secara mutlak, jatuhlah perlawanan penggerak agama. Lalu ia menyerahkan dirinya kepada tentara setan dan ia tidak berjuang (bermujahadah) karena berputus-asa. Merekalah orang-orang yang lalai, dan ini adalah golongan yang terbanyak.

Kepada merekalah diisyaratkan dengan firman Allah Ta’ala:

“Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami berikan petunjuk kepada setiap diri. Tetapi perkataan dari-Ku, sebenarnya akan terjadi, sesungguhnya Aku akan memenuhkan neraka Jahanam dengan jin dan manusia semuanya” (QS. As- Sajadah : 13).

Merekalah orang-orang yang membeli kehidupan duniawi dengan akhirat sehingga rugilah perniagaan mereka, dan dikatakan kepada orang yang bermaksud menunjuki jalan kepada mereka: “Berpalinglah engkau dari orang yang tiada memperdulikan pengajaran Kami dan hanya menginginkan kehidupan duniawi semata! Pengetahuan mereka hanya sehingga itu”. (QS. An-Najm : 29-30).

Keadaan ini, tandanya ialah: putus asa, hilang harapan dan tertipu dengan angan-angan. Itulah yang paling bodoh, sebagaimana Nabi s.a.w. bersabda:

“Orang yang pintar itu meng-agamakan dirinya dan berbuat amal untuk sesudah mati. Dan orang yang bodoh ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan ia berangan-angan atas Allah”.

Orang yang berkeadaan begini, apabila diberi pengajaran, niscaya menjawab: “Aku ingin bertobat. Akan tetapi, sukar tobat itu atas diriku. Lalu aku tidak mengharap padanya”, atau ia tidak ingin bertobat akan tetapi membalas: “Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Pengasih, lagi Maha Pemurah. Maka Dia tidak memerlukan kepada tobatku”.

Bahwa peperangan itu adalah menjadi hal yang biasa di antara dua tentara. Sekali ia memperoleh kemenangan atas peperangan itu, dan sebaliknya. Inilah yang termasuk golongan al-mujahiduun. Orang-orang yang berkeadaan dengan keadaan ini ialah mereka yang mencampuradukkan amal perbuatan yang baik dan yang lain yang jahat, seperti firman Allah Ta’ala: “Mereka telah mencampur-adukkan pekerjaan yang baik dengan yang buruk”. Kiranya Allah Ta’ala menerima taubat mereka!

Penutup

Berkata sebagian orang ‘arifin: “ahlush-shabri itu adalah atas tiga maqam.

Pertama, orang-orang yang meninggalkan nafsu syahwat, dan ini adalah derajat orang-orang yang taubat (mutawwabiin).

Kedua, orang-orang yang ridla dengan yang ditakdirkan Tuhan, dan ini adalah derajat orang-orang zahid.

Ketiga, orang-orang yang suka kepada apa yang diperbuat Tuhannya, dan ini adalah derajat orang-orang shiddiq (ash-shiddiqin).“

Semoga Allah yang Maha Pengasih menganugrahkan kepada kita kesabaran. Amin.

31 Des 2010

Cara Cepat Hafal Al - Quran


 
Mau Cepet Menghafal Al-Quran???? Coba yang ini deh.

Metode terbaik dalam menghafal al-qur’an ialah apa yang akan kami sebut kan. Metode ini memiliki keistimewaan khusus, yaitu hafalan yang mengakar kuat, di samping menghafal nya pun cepat, hingga kita dapat hafal AL-qur’an dalam waktu singkat, kami akan menjelaskan metode tadi dengan mengambil sample halaman pertama dari QS.Al-jumu’ah, caranya ialah sebagai berikut:1.bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali2.bacalah ayat ke dua sebanyak 20 kali3.bacalah ayat ke tiga sebanyak 20 kali4.bacalah ayat ke empat sebanyak 20 kali5.bacalah KEEMPAT ayat tadi dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali, agar satu sama lai saling terkait.6.bacalah ayat ke lima sebanyak 20 kali7.bacalah ayat ke enam sebanyak 20 kali8.bacalah ayat ke tujuh sebanyak 20 kali9.bacalah ayat ke delapan sebanyak 20 kali10.bacalah ayat KELIMA sampai KEDELAPAN sebanyak 20 kali, agar satu sama lain saling terkait.11.bacalah ayat PERTAMA hingga ayat KEDELAPAN 20 kali, agar kita menguasai betul halaman iniDan terapkan selalu metode ini dalam menghafal tiap halaman hingga khatam Al-qur’an, dan jangan menghafal lebih dari seperdelapan juz {1/4 hizib} tiap harinya, agar target hapalan kita tidak terlalu banyak hingga akhirnya kocar kacir.Bila kita ingin menghafal halaman berikut nya pada keesokan harinya, maka sebelum kita terapkan metode tadi, bacalah dahulu halaman kemarin dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali, agar hafalan kita betul betul mengakar kuat, Baru setelah itu kita mulai menghafal halaman baru dengan metode yang telah di jelaskan.
Sebagai seorang mukmin, kita tentunya berkeinginan untuk dapat menghafal Al-Quran dan setiap kita pasti memimpikan agar dapat melahirkan anak-anak yang hafal Al-Quran (hafidz/hafidzah). Berikut ini ada beberapa cara/kaidah dasar untuk memudahkan menghafal, di antaranya:
Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah Azza wa Jalla.
Memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya karena Allah Subhanahu wa Ta`ala serta untuk mendapatkan syurga dan keridhaan-Nya. Tidak ada pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan menghafalnya karena tujuan keduniaan, karena riya atau sumah (ingin didengar orang), dan perbuatan seperti ini jelas menjerumuskan pelakunya kepada dosa.
Dorongan dari diri sendiri, bukan karena terpaksa.
Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk menghafal Al-Quran. Sesungguhnya siapa yang mencari kelezatan dan kebahagiaan ketika membaca Al-Quran maka dia akan mendapatkannya.
Membenarkan ucapan dan bacaan.
Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan dari orang yang baik bacaan Al-Qurannya atau dari orang yang hafal Al-Quran. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri mengambil/belajar Al-Quran dari Jibril alaihis salam secara lisan. Setahun sekali pada bulan Ramadhan secara rutin Jibril alaihis salam menemui beliau untuk murajaah hafalan beliau. Pada tahun Rasulullah shallallahualaihi wa sallam diwafatkan, Jibril menemui beliau sampai dua kali. Para shahabat radliallahu anhum juga belajar Al-Quran dari Rasulullah shallallahualaihi wa sallam secara lisan demikian pula generasi-generasi terbaik setelah mereka. Pada masa sekarang dapat dibantu dengan mendengarkan kaset-kaset murattal yang dibaca oleh qari yang baik dan bagus bacaannya. Wajib bagi penghafal Al-Quran untuk tidak menyandarkan kepada dirinya sendiri dalam hal bacaan Al-Quran dan tajwidnya.
Membuat target hafalan setiap hari.
Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu halaman, satu hizb, seperempat hizb atau bisa ditambah/dikurangi dari target tersebut sesuai dengan kemampuan. Yang jelas target yang telah ditetapkan sebisa mungkin untuk dipenuhi.
Membaguskan hafalan.
Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang sempurna. Hal ini dimaksudkan untuk memantapkan hafalan di hati. Dan yang demikian dapat dibantu dengan mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang siang dan malam.
Menghafal dengan satu mushaf.
Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat sebagaimana bisa menghafal dengan mendengar.
Dengan membaca/melihat akan terbekas dalam hati bentuk-bentuk ayat dan tempat-tempatnya dalam mushaf.
Bila orang yang menghafal Al-Quran itu merubah/mengganti mushaf yang biasa ia menghafal dengannya maka hafalannya pun akan berbeda-beda pula dan ini akan mempersulit dirinya.
Memahami adalah salah satu jalan untuk menghafal.
Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat membantu untuk menghafal Al-Quran adalah dengan memahami ayat-ayat yang dihafalkan dan juga mengenal segi-segi keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.
Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-Quran untuk membaca tafsir dari ayat-ayat yang dihafalnya, untuk mendapatkan keterangan tentang kata-kata yang asing atau untuk mengetahui sebab turunnya ayat atau memahami makna yang sulit atau untuk mengenal hukum yang khusus.
Ada beberapa kitab tafsir yang ringkas yang dapat ditelaah oleh pemula seperti kitab Zubdatut Tafsir oleh Asy-Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar.
Setelah memiliki kemampuan yang cukup, untuk meluaskan pemahaman dapat menelaah kitab-kitab tafsir yang berisi penjelasan yang panjang seperti Tafsir Ibnu Katsier, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir As-Sadi dan Adhwaaul Bayaan oleh Asy-Syanqithi.wajib pula menghadirkan hatinya pada saat membaca Al-Quran.
Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat yang sedang dihafalkan.
Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya berpindah ke surat lain kecuali setelah benar-benar sempurna hafalannya dan telah kokoh dalam dada.
Selalu memperdengarkan hafalan (disimak oleh orang lain).
Orang yang menghafal Al-Quran tidak sepantasnya menyandarkan hafalannya kepada dirinya sendiri. Tetapi wajib atasnya untuk memperdengarkan kepada seorang hafidz atau mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan kesalahan dalam ucapan, atau syakal ataupun lupa.
Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar pada dirinya sendiri, sehingga terkadang ada yang salah/keliru dalam hafalannya tetapi tidak ada yang memperingatkan kesalahan tersebut.
Selalu menjaga hafalan dengan murajaah.
Bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam : “Jagalah benar-benar Al-Quran ini, demi Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Al-Quran lebih cepat terlepas daripada onta yang terikat dari ikatannya.”
Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan hafalannya sebentar saja niscaya ia akan terlupakan. Oleh karena itu hendak hafalan Al-Quran terus diulang setiap harinya. Bila ternyata hafalan yang ada hilang dalam dada tidak sepantasnya mengatakan: “Aku lupa ayat (surat) ini atau ayat (surat) itu.” Akan tetapi hendaklah mengatakan: “Aku dilupakan,” karena Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam telah bersabda: (..arab..)
Bersungguh-sungguh dan memperhatikan ayat yang serupa.
Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka wajib untuk memperhatikannya agar dapat hafal dengan baik dan tidak tercampur dengan surat lain.
Mencatat ayat-ayat yang dibaca/dihafal.
Ada baiknya penghafal Al-Quran menulis ayat-ayat yang sedang dibaca/dihafalkannya, sehingga hafalannya tidak hanya di dada dan di lisan tetapi ia juga dapat menuliskannya dalam bentuk tulisan.
Berapa banyak penghafal Al-Quran yang dijumpai, mereka terkadang hafal satu atau beberapa surat dari Al-Quran tetapi giliran diminta untuk menuliskan hafalan tersebut mereka tidak bisa atau banyak kesalahan dalam penulisannya.
Memperhatikan usia yang baik untuk menghafal.
Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun sampai 25 tahun. Wallahu alam dalam batasan usia tersebut. Namun yang jelas menghafal di usia muda adalah lebih mudah dan lebih baik daripada menghafal di usia tua.
Pepatah mengatakan: Menghafal di waktu kecil seperti mengukir di atas batu, menghafal di waktu tua seperti mengukir di atas air.
HAL-HAL YANG DAPAT MENGHALANGI HAFALAN
Setelah kita mengetahui beberapa kaidah dasar untuk menghafal Al-Quran maka sudah sepantasnya bagi kita untuk mengetahui beberapa hal yang menghalangi dan menyulitkan hafalan agar kita dapat waspada dari penghalang-penghalang tersebut.
Di antaranya:
Banyaknya dosa dan maksiat.
Sesungguhnya dosa dan maksiat akan melupakan hamba terhadap Al-Quran dan terhadap dirinya sendiri. Hatinya akan buta dari dzikrullah.
1. Tidak adanya upaya untuk menjaga hafalan dan mengulangnya secara terus-menerus. Tidak mau memperdengarkan (meminta orang lain untuk menyimak) dari apa-apa yang dihafal dari Al-Quran kepada orang lain.
2. Perhatian yang berlebihan terhadap urusan dunia yang menjadikan hatinya tergantung dengannya dan selanjutnya tidak mampu untuk menghafal dengan mudah.
3. Berambisi menghafal ayat-ayat yang banyak dalam waktu yang singkat dan pindah ke hafalan lain sebelum kokohnya hafalan yang lama.
Kita mohon pada Allah Subhanahu wa Ta`ala semoga Dia mengkaruniakan dan memudahkan kita untuk menghafal kitab-Nya, mengamalkannya serta dapat membacanya di tengah malam dan di tepi siang. Wallahu alam bishawwab.
(Ummu Abdillah & Ummu Maryam, dinukil dari kutaib: “Kaifa Tataatstsar bil Quran wa Kaifa Tahfadzuhu?” oleh Abi Abdirrahman)

23 Nov 2010

Nama Baik




Alkisah pada suatu ketika, Angin, Air, dan Nama Baik sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Angin, biasa datang terburu-buru seperti orang yang sedang marah. Bisa melompat disini dan menendang debu disana. Air berjalan dalam bentuk seorang putri. Ia selalu membawa kendi ditangannya, meneteskan beberapa air ditanah sekitarnya. Nama Baik berwujud dalam seorang pemuda yang tampan dengan sikap-sikap yang baik, namun sedikit pemalu.

Mereka saling menyukai, meskipun mereka sangat berbeda satu sama lain. Ketika mereka harus berpisah, mereka bertanya, “Kapan kita bisa bertemu untuk mengadakan perjalanan yang lain lagi ?”
Angin menjawab, “Engkau akan selalu menemukan aku di puncak gunung-gunung atau melompat-lompat di sekitar kakimu. Meniup debu kemana kamu pergi.”
Air berkata. “Aku juga akan selalu ada disekitarmu. Kamu bisa pergi kelaut atau sungai, bahkan kedapur, untuk menemuiku”.

Nama Baik tidak mengatakan apa-apa. Angin dan Air bertanya, “Nama Baik, kapan dan dimana kita akan bertemu lagi ?” Nama Baik menjawab, “Kamu tidak akan bertemu aku lagi dimanapun. Siapapun yang telah kehilangan aku sekali saja, takkan pernah mendapatkan aku lagi.”
Kaca, Porselen, dan Nama Baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak.

(Benjamin Franklin – ptr)

9 Nov 2010

Babi: Gudang Parasit dan Bakteri Berbahaya




Babi adalah hewan yang sangat kotor, dia biasanya memakan segala sesuatu yang diberikan kepadanya, baik kotoran maupun bangkai bahkan kotorannya sendiri atau kotoran manusia akan dia makan. Babi memiliki tabiat malas, tidak suka cahaya matahari, tidak suka berjalan-jalan, sangat suka makan dan tidur, memiliki sifat paling tamak. Semakin bertambah usia, babi akan semakin bodoh dan malas, tidak memiliki kehendak dan berjuang bahkan untuk membela diri sendiri saja enggan.
Oleh karena itu babi, banyak menimbulkan penyakit pada manusia. Babi dianggap hewan yang tidak layak dikonsumsi. Di antara parasit-parasit ini adalah sebagai berikut:

1. Cacing Taenia Solium
Parasit ini berupa larva yang berbentuk gelembung pada daging babi atau berbentuk butiran-butiran telur pada usus babi. Jika seseorang memakan daging babi tanpa dimasak dengan baik, maka dinding-dinding gelembung ini akan dicerna oleh perut manusia, dan larva-larva itu kemudian akan tumbuh di usus manusia. Peristiwa ini akan menghalangi perkembangan tubuh dan akan membentuk cacing pita yang panjangnya bisa mencapai 10 kaki, yang menempel di dinding usus dengan cara menempelkan kepalanya lalu menyerap unsur-unsur makanan yang ada di lambung. Hal itu bisa menyebabkan seseorang kekurangan darah dan gangguan pencernaan, karena cacing ini dapat mengeluarkan racun.
Apabila pada diri seseorang — khususnya anak-anak– telah diketahui terdapat cacing ini di lambungnya, maka dia akan mengalami histeria atau perasaan cemas. Terkadang larva yang ada di dalam usus manusia ini akan memasuki saluran peredaran darah dan terus menyebar ke seluruh tubuh, termasuk otak, hati, saraf tulang belakang, dan paru-paru. Dalam kondisi seperti ini cacing tersebut dapat menyebabkan penyakit yang mematikan.

2. Cacing Trichinila Spiralis
Cacing ini ada pada babi dalam bentuk gelembung-gelembung lembut. Jika seseorang mengonsumsi daging babi tanpa dimasak dengan baik, maka gelembung-gelembung — yang mengandung larva cacing ini — dapat tinggal di otot dan daging manusia, sekat antara paru dan jantung, dan di daerah-daerah lain di tubuh. Penyerangan cacing ini pada otot dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan menyebabkan gerakan jadi lambat, ditambah lagi sulit melakukan aktivitas. Sedang keberadaannya di sekat tersebut akan mempersempit pernafasan, yang bisa berakhir pada kematian.

3. Cacing Schistosoma Japonicum
Ini adalah cacing yang lebih berbahaya daripada cacing schistosoma yang dikenal di Mesir. Dan babi adalah satu-satunya binatang yang mengandung caciong ini. Cacing ini dapat menyerang manusia apabila mereka menyentuh atau mencuci dengan air yang mengandung larva cacing ini yang biasanya datang dari kotoran babi yang masuk ke dalamnya. Cacing ini dapat membakar kulit manusia serta dapat menyelinap ke dalam darah, paru, dan hati. Cacing ini berkembang sangat cepat, dalam sehari bisa mencapai lebih dari 20000 telur, yang dapat membakar kulit, lambung dan hati, terkadang dapat menyerang otak dan saraf tulang belakang yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian.

4. Fasciolepsis Buski
Parasit ini hidup di usus halus babi dalam waktu yang lama. Ketika terjadi percampuran antara usus dan tinja, parasit ini akan berada dalam bentuk tertentu yang bersifat cair yang bisa memindahkan penyakit pada manusia. Kebanyakan jenis parasit ini terdapat di daerah Cina dan Asia Timur. Parasit ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan, diare dan pembengkakan di sekujur tubuh, yang bisa menyebabkan kematian.
5. Cacing Ascaris
Panjang cacing ini sekitar 10 inci. Cacing ini bisa menyebabkan radang paru, batang tenggorokan, dan penyumbatan lambung. Cacing ini tidak bisa dibasmi di dalam tubuh kecuali dengan operasi.

6. Cacing Anklestoma
Larva cacing ini masuk ke dalam tubuh dengan cara membakar kulit ketika seseorang berjalan, mandi atau minum air yang tercemar. Cacing ini bisa menyebabkan diare dan pendarahan di tinja, yang bisa menyebabkan terjadinya kekurangan darah, kekurangan protein dalam tubuh, pembengkakan tubuh dan menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan mental, lemah jantung dan akhirnya bisa menyebabkan kematian.

7. Calonorchis Sinensis
Ini sejenis cacing yang menyelinap dan tinggal di dalam air empedu hati babi, yang merupakan sumber utama penularan penyakit pada manusia. Cacing ini terdapat di Cinda dan Asia Timur, karena orang-orang di sana biasa memelihara dan mengonsumsi babi. Virus ini bisa menyebabkan pembengkakan hati manusia dan penyakit kuning yang disertai diare yang parah, dan tubuh menjadi kurus dan berakhir dengan kematian.

8. Cacing Paragonimus
Cacing ini hidup di paru-paru babi. Cacing ini tersebar luas di Cina dan Asia Tenggara tempat dimana babi banyak dipelihara dan dikonsumsi. Cacing ini bisa menyebabkan radang pada paru-paru. Sampai sekarang belum ditemukan cara membunuh cacing di dalam paru-paru. Tapi yang jelas cacing ini tidak terdapat, kecuali di tempat babi hidup. Parasit ini bisa menyebabkan pendarahan paru-paru kronis, dimana penderitanya akan merasa sakit, ludah berwarna coklat seperti karat, karena terjadi pendarahan pada kedua paru.

9. Swine Erysipelas
Parasit ini terdapat di kulit babi. Parasit ini selalu siap pembakaran pada klit manusia yang mencoba mendekati atau berinteraksi dengannya. Parasit ini bisa menyebabkan radang kulit manusia yang memperlihatkan warna merah dan suhu tubuh tinggi.
Sedang kuman-kuman yang ada pada babi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, antara lain:

1. TBC
Penyakit ini mungkin berasal dari babi yang dagingnya dimakan oleh manusia tanpa dimasak dengan baik. Bisa juga terjadi hanya dengan menyentuhnya.
2. Cacar (Small Pox)
Virus ini pindah dari babi ke tubuh manusia dengan cara persentuhan atau memakan daging yang terkena penyakit ini.
3. Gatal-Gatal (Scabies)
Penyakit ini bisa mengenai manusia dengan cara menyentuh kulit babi.
4. Kuman Rusiformas
Yaitu kuman yang bisa melakukan pembusukan pada kedua kaki dan sulit untuk disembuhkan.
5. Salmonella Choler Suis
6. Blantidium Coli
Babi dianggap sebagai hewan utama yang menjadi tempat tumbuh suburnya parasit ini, yang menyebabkan disentri parah pada seseorang.
7. Mikroba Brocellosis
Kotoran babi dianggap sebagai sumber utama munculnya mikroba ini. Penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba ini sangat menular yang dapat menimbulkan penyakit di daerah sekitarnya, serta bisa menyebabkan demam malta fever pada manusia.
8. Mikroba Toxoplasma Gondi
Mikroba ini banyak sekali terdapat di tempat-tempat pemeliharaan babi. Penyakit ini menyerang manusia melalui makanan yang tercemar oleh kotoran babi atau menghirup udara atau debu yang mengandung gelembung-gelembung mikroba ini.
Mikroba ini bisa masuk pada getah bening, limpa dan hati. Hal itu menyebabkan demam yang panjang dan menurunnya imunitas tubuh, radang otot dan jantung. Serta bisa menyebabkan gangguan pernafasan, karena mikroba ini juga menyerang paru. Bisa juga menyerang mata berupa peradangan parah pada daerah mata, yang akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Mikroba ini pun bisa menyerang sel-sel telinga bagian dalam yang bisa menyebabkan ketulian. Terkadang menyerang wanita hamil, yang karenanya janin yang lahir akan meninggal beberapa hari atau beberapa minggu setelah kelahiran. Atau bisa juga, bayi akan lahir dalam keadaan cacat.
so, keep take care your health!
Sumber: Buku Pola Makan Rasulullah oleh Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad

Akan Selau Ada Pahlawan Di Setiap Kezhaliman






Ibrahim gagah menantang Raja Namruj yang tengah geram, dikelilingi sejumlah pasukan dan beberapa algojonya, Namruj bertanya, “Hai anak kecil, kamukah yang menghancurkan patung-patung sesembahan kami?”. Dengan enteng Ibrahim berkata, “Tanyakan saja pada patung yang lebih besar itu, mungkin dia yang melakukannya karena kapak itu masih tergantung padanya,” ledek Ibrahim sambil menunjuk patung yang besar yang sengaja tidak dihancurkannya. Tentu saja Raja Namruj yang terkenal kejam itu semakin berang mendengar jawaban Ibrahim. Bukan hanya karena merasa dipermainkan seorang anak kecil, melainkan juga, jawaban itu, terasa menohok sisi kebodohan dirinya dan semua pengikutnya dengan menyembah sesuatu yang tak memiliki kuasa melakukan satu apapun.
Alhasil, keberangan yang bercampur perasaan terhina Raja Namruj membuat Ibrahim ‘dihadiahi’ hukum bakar, selain karena Ibrahim adalah tersangka utama pelaku ‘teror’ terhadap tempat ibadah kaum yang dipimpin Raja Namruj itu. Namun kuasa Allah bermain, makar apapun yang dibuat manusia takkan pernah bisa mengalahkan makar Allah. Seganas dan semerah menyala api membakar tubuh Ibrahim kecil, tak sedikitpun kulitnya tersentuh oleh jilatan api.

Kisah lain, Daud yang memiliki kemampuan berperang yang hebat tak gentar menghadapi pertarungan “semut lawan gajah” melawan Raja Jalut yang terkenal bengis dan kejam. Daud yang berasal dari kalangan bawah dengan berbekal sebilah pedang tanpa baju besi, akhirnya mampu mengalahkan Raja Jalut yang besar dengan segudang pengalaman bertarungnya. Dalam versi barat, kisah ini dikenal dengan “David Versus Goliath”.

Sementara itu, seorang utusan Allah lainnya, Musa dengan ditemani saudaranya Harun, menentang kekejaman ‘ayah asuhnya’ sendiri, Raja Fir’aun yang zhalim dan diktator. Kekuasaanya yang begitu tinggi membuat Fir’aun teramat angkuh menobatkan diri sebagai Tuhan. Kesombongan yang didukung oleh seorang ilmuan hebat bernama Hamman dan seorang kaya bernama Qarun, jadilah ia semakin jumawa. Fir’aun yang terkenal kejam tidak ingin seseorang kelak menghancurkannya, maka kemudian atas perintahnya, semua bayi laki-laki yang lahir pada masa pemerintahannya pun dibunuhi. Sekali lagi, Kuasa Allah bermain, bahwa kemudian seorang pemuda Musa yang justru hidup di lingkungan istana Fir'aun oleh lembutnya kasih sayang Asiah, menenggelamkan Raja zhalim itu ke dasar lautan. 

Dalam khazanah barat, kita pun mengenal kisah yang hampir serupa, yakni kisah kepahlawanan yang berasal dari orang-orang kecil yang menentang kezhaliman penguasa. Cerita rakyat Robin Hood mungkin bisa menjadi contoh. Berjuang dari pedalaman hutan Sherwood, Robin bersama para pengikut setianya ‘merampok’ harta para bangsawan yang hendak menyerahkan upeti kepada King Richard The Lionheart. Otomatis, meski makin dicintai rakyat kecil, sepak terjang si pemanah ulung itu menempatkannya dalam daftar buronan nomor wahid di Inggris saat itu.

Cerita yang hampir sama juga dilakukan legenda Meksiko, Zorro. Dibalik topeng yang menyembunyikan identitasnya, Zorro membantu orang-orang lemah untuk melawan dan bangkit dari ketertindasan. Mungkin dua cerita diatas hanyalah mitos atau sekedar cerita rekaan. Namun setidaknya memberikan satu hikmah, bahwa harus ada orang-orang pemberani untuk melawan kezhaliman.

Nampaknya, soal keberadaan orang-orang besar yang berlaku zhalim di setiap negeri di setiap zaman sudah menjadi sunnatullah. Hal itu ditegaskan-Nya dalam Surat Al An’aam ayat 123: “Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. ...”

Kalau dulu ada Ibrahim yang menentang Namruj, Daud versus Jalut, Musa yang menenggelamkan Fir’aun serta masih banyak lagi tokoh kepahlawanan yang berani berdiri menantang segala bentuk kezhaliman di muka bumi dalam satu negeri, kini disaat negeri ini, agama ini tengah dihujani dengan cobaan bertubi-tubi, oleh kekuatan-kekuatan yang terus merongrong, menteror bahkan mencoba menjadikan agama ini hitam pekat oleh karena kejahilan orang-orang yang tak bertanggungjawab, adakah lagi pahlawan-pahlawan yang menjadi tameng pembela seperti halnya Ibrahim, Daud dan Musa? Tentu saja ada. Karena gemuruh jihad tengah bergelora dalam dada-dada para pahlawan itu. Tinggal bagaimana diri ini menentukan sikap, memadamkan gemuruh itu dan membiarkan orang lain mengambil kesempatan menorehkan nama pada kemuliaan atau menjadikan gemuruh itu sebuah halilintar yang menggetarkan nyali musuh Allah. Bagaimana dengan kezaliman di Indonesia??
Andakah pahlawan yg di tunggu?? jadilah cahaya pemadam kezaliman di negrimu.
 Wallaahu a’lam bishshowaab.

(Bayu Gautama + di edit dan di tambah sekadarnya)

Cinta Tak Terbalas






Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh “seseorang”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine. Saya memang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.
Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor. (Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)

Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?
Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan “sayang” betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan... Jangan-jangan hanya jadi beban...
Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat di rumah sakit... Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Dari orang tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa seringnya kita tidak menyadari...
Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)

Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Duh... Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya. Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...
Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya. Pasti!
Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.

Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya... Lisan kejam dan menyayat-nyayat... Waktu yang terbuang sia-sia...
Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta?

Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi. Tulisan ini bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya aja. Yuk, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas.

sumber: Di rahasiakan.. ^_^

8 Nov 2010

Hidup Kaya Raya Tidak Selalu Berarti Disayang Allah






Hidup kaya raya di dunia tidak selalu berarti di sayang Allah, saudaraku. seringkali kita melihat dan memperhatikan, bahwa orang-orang non muslim, pelaku bisnis kotor, kok hidup didunia ini terlihat senang, kaya raya, bahkan terhormat. Sebaliknya, mengapa ummat islam yang sehari-harinya rajin ibadah, masih sangat banyak yang hidupnya serba miskin dan kesusahan. Pertanyaannya, apa rahasia Allah dibalik semua ini?

Mengapa seolah membiarkan yang jahat hidupnya lebih makmur dan berkuasa, bahkan menindas terus kaum lemah? Mengapa para penjahat kelas hiu tetap terbebas dari hukum dunia, mereka bebas berkeliaraan dan beraktivitas secara normal bahkan dapat mengeruk terus kekayaaan dari bisnisnya? Tentunya masih akan banyak lagi berbagai pertanyaan dari benak kita, yang terutama akan muncul dari sesama muslim yang hidupnya hingga saat ini masih dalam taraf kesusahan. Susah dalam mendapatkan penghasilan yang memadai, susah untuk menyekolahkan anak dengan layak, bahkan tidak sedikit yang kesusahan sekalipun untuk memenuhi makan sehari-hari, apalagi kalau ingin makan dengan syarat makan yang sehat, tentunya masih jauh sekali.

Jika manusia ternyata lebih banyak berkeluh kesah dalam menyikapi perjalanan hidup ini, itu sangat wajar dan normal karena jelas jawabannya ada dalam Al-Qur'an sebagai Firman Allah yang Maha Tahu segalanya tentang kehidupan ini dari awal penciptaan hingga berakhirnya kehidupan di dunia kelak. Mari kita perhatikan petikan ayat Al-Quran berikut ini: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir". (Al Ma'arij: 19-21)

Allah yang Maha Bijaksana, yang selalu menunjukkan jalan untuk kebaikan bagi manusia, pada ayat selanjutnya Allah memberikan jalan keluar agar manusia yang memiliki sifat dasar keluh kesah, kikir, tersebut dapat memilihnya.
"Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya". (Al Ma'arij: 22-27)
Kembali pada pertanyaan mengapa Allah memberikan dan memperlihatkan hidup di dunia lebih makmur bagi orang kafir, atau orang jahat, daripada kepada umat islam yang ahli ibadah. Jawabanya juga sangat jelas tersedia dalam ayat berikut: "Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang
nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir." (At Taubah: 55)

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang ayat di atas: Allah Ta'ala berfirman kepada Rasul-Nya, "Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu." Penggalan di atas seperti firman Allah Ta'ala, "Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar." (QS. 23:55,56).
Qatadah menafsirkan, "Susunan kalimat yang dikemudiankan dan diakhirkan". Asal ayat ini kira-kira, "Maka janganlah harta dan anak-anak mereka mempesonamu dalam kehidupan dunia. Sesungguhnya Allah hendak menyiksa mereka dengannya di akhirat.".
Namun Hasan Basri menafsirkan, "Dia menyiksa mereka karena menolak zakat dan tidak menginfakkan sebagian hartanya dijalan Allah." Firman Allah Ta'ala, "Dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir." Yakni, Dia hendak mematikan mereka dalam keadaan kafir agar hal itu lebih menistakan mereka dan memberatkan siksanya.

Saudaraku, jadi sangat jelas, bahwa ummat Islam agar tidak termasuk manusia yang memiliki sifat keluh kesah jika ditimpa kesusahan, dan tidak kikir jika diberikan kebahagiaan oleh Allah Ta'ala, maka obatnya ikuti saja petunjuk-Nya. Dan ummat Islam tidak perlu bersusah payah seperti membenci berat, terhadap manusia yang kafir, dan yang berlaku jahat, padahal mereka hidup dengan bergelimang harta, bahkan dihormati. Tetapi cukup menyikapinya dengan sangat berlapang dada, dan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Pemilik Rencana Matang dan Adil, yaitu Allah akan membiarkan mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan, yaitu mati dalam keadaan kafir, dan mendapatkan siksa yang teramat pedih di akhirat kelak. Ummat Islam yang hingga saat ini kehidupannya masih kesusahaan, Allah sedang menguji apakah berkeluh kesah atau sebaliknya semakin beriman.

Bagi ummat Islam yang kehidupannya telah diberikan kemapanan, Allah juga sedang menguji apakah mereka kikir atau semakin beriman pula. Dengan demikian Allah telah jelas memberikan dua jalan pilihan bagi manusia, yaitu jalan yang baik untuk menuju Surga, dan jalan penuh maksiat dan jahat untuk menuju Neraka. Silahkan pilih jalan mana?
Saudaraku, sebaiknya kita berlindung kepada Allah Ta'ala, agar dimatikan dalam keadaan Islam dan iman. Wallahu 'alam bishshowaab.

source: Eramuslim 2003

7 Nov 2010

Pada Mu Rabbi Aku Berjanji


Allah berfirman,
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS At Taubah : 111)

Karena kita sudah berjanji...
Mau tidak mau, sadar atau tidak, terpaksa atau rela, kita sudah berjanji kepada Allah. Berjanji untuk tunduk kepada aturan-Nya, menjadikan Allah sebagai Rabb kita. Sejak dalam kandungan sesungguhnya manusia telah diminta perjanjian atau transaksi untuk menyembah hanya kepada Allah.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS Al A’raf : 172)

Tidak dipaksa untuk bersyahadat
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah : 256)

Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, pakar pendidikan Islam, dalam kitab Tarbiyah Ruhiyah bahwa salah satu jalan menuju taqwa adalah mu’ahadah. Yakni selalu mengingat perjanjian dengan Allah. Dalam sehari minimal 9 kali seorang muslim mengucapkan persaksiannya bahwa tidak ada ilah yang haq untuk disembah kecuali hanya Allah, dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.

Ikrar ini memiliki konsekuensi sebagai mitsaqan ghalizha, perjanjian yang agung. Terlebih karena ikrar ini kita ucapkan dengan sesadar-sadarnya dalam shalat tanpa paksaan sama sekali.

Kita telah berjanji, terpaksa atau dengan senang hati. Mu’ahadah berarti kita mengingat itu semua sebagai konsekuensi dari janji, karena setiap janji akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka tepatilah janjimu. Allah berfirman,

"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (QS An Nahl :91)

Untuk Memenuhi Janji Itu

Janji adalah energi. Kekuatannya dahsyat merasuk ke dalam hati. Sebab ia mengikat untuk diikuti dan dipatuhi.

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…" (QS Al Ma’idah : 1)

"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar." (QS Al Fath : 10)

Penuhilah janjimu!
Karena kita sudah berjanji dan wajib menunaikannya, maka kita kita harus menenggelamkan diri dalam atmosfir tarbiyah untuk meningkatkan kualitas diri, keluarga dan masyarakat guna meraih kesempurnaan Islam, Iman, dan Ihsan serta mendapat ridha Allah.

Mengakui keunikan pribadi
Tarbiyah tidak dimaksudkan untuk membentuk pribadi yang seragam, atau menyeragamkan kepribadian. Tetapi justru mengakui keberagaman dan keunikan untuk diberdayakan sesuai keistimewaan yang telah Allah anugerahkan. Karena kata Nabi setiap manusia memiliki karakteristik masing-masing. "Sebaik-baik kalian di era jahiliyah, sebaik-baik pula di era Islam".

Dimulai dari diri sendiri
Ini tentu menuntut adanya kefahaman, keikhlasan, pengamalan, ketaatan, pengorbanan, kemurnian dan ketulusan, kerja sama serta saling percaya (tsiqah). Tarbiyah yang dibingkai kesadaran penuh inilah yang akan membawa seseorang pada kekokohan sikap, atsbatuhum muqiifan.

Komitmen terhadap diri sendiri
Rahasia sukses ada di tangan kita. Kitalah yang menentukan sukses maupun kegagalan kita. Imam Hasan Al-Hudhaibi berpesan, "Tegakkanlah daulah Islam di dadamu maka akan tertegak ia di bumimu". Jangan menuntut orang lain, tapi tuntutlah diri sendiri. Ajaklah orang lain dengan magnet kebaikan, serulah manusia dengan teladan utama, kuatkan pengaruhmu dengan ketulusan jiwa, jaga dirimu di mana saja berada dengan akhlak mulia, buka pertolongan Allah dengan banyak ibadah.

Terbatas tapi teratas
Orang yang terbatas justru kreatif. Kami yakin bahwa tarbiyah yang sukses bukan terletak pada banyaknya, mahalnya, lengkapnya fasilitas yang ada, tetapi lebih pada kemauan yang kuat dan kreativitas yang selalu terasah. Sehingga apapun keadaannya aktivitas tarbiyah tetap berlangsung, meski dalam keterbatasan, bahkan sangat terbatas.

Kita tidak berorientasi kepada keterbatasan tapi bagaimana menciptakan kemelimpahan. Kitalah yang menciptakan kondisi. Kitalah yang membuat momentum itu menjadi ada. Kitalah yang berupaya menghadirkan perubahan menjadi nyata dan agar eksistensi tetap terjaga.

Membangun Kecerdasan Tarbiyah

"Tak kudapatkan cela yang paling besar pada diri seseorang selain kemampuannya untuk sempurna, tetapi dia tidak mau berjuang untuk meraihnya." (Abu Thayyib Al Mutanabbi)

Tarbiyah itu mencerdaskan
Empat kunci ketenangan hidup
"Aku bisa tenang menjalani hidup ini karena empat hal. Pertama, aku tahu bahwa rezekiku tidak akan jatuh ke tangan orang lain, maka hatiku menjadi tenang. Kedua, aku tahu bahwa tugasku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengannya. Ketiga, aku tahu bahwa Allah selalu melihatku, maka aku malu jika aku menjatuhkan diriku dalam lumpur dosa. Keempat, aku tahu bahwa ajal itu pasti datang, maka aku selalu bersiap-siap menantinya." (Imam Hasan Al-Basri)

Tarbiyah adalah cara cerdas untuk bahagia, menggapai apa yang semestinya kita dapatkan, menyempurnakan kekurangan, menutup aib dan cela, mengubah tantangan menjadi peluang, mengubah hambatan menjadi kesempatan.

Ciri orang cerdas adalah orang berpikir dan bertindak lebih cepat dari masanya.

Kecerdasan itu dicapai dengan usaha yang serius dan terus menerus. Serius bukan berarti tidak pernah tertawa. Serius tarbiyah juga bukan berarti tidak bekerja, hanya melulu tarbiyah, bukan itu. Justru orang yang serius itulah yang hidup dengan visi dan misi yang jelas, hidup untuk memberi manfaat, serius dalam amal dan ibadah, agar hidup terasa lebih nikmat.

Lakukan Positioning diri
Beriman berbeda dengan sekedar berislam. Sebab iman tidak akan bermanfaat tanpa amal. Firman Allah,
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS Al Hujurat : 14-15)

Katakan dengan prestasi
Tiga kunci kebaikan
"Ada tiga hal yang apabila ketiganya ada pada dirimu, niscaya akan turun kebaikan dari langit dan pasti kamu akan mendapatkan bagiannya. Pertama, hendaklah amalanmu hanya untuk Allah SWT. Kedua, sukailah doa yang menjadi milik orang lain seperti engkau menyukai untuk dirimu. Ketiga, jagalah kehalalan makananmu semampumu." (Abu Hudzaifah ra.)

Raih suksesmu
Rasulullah SAW bersabda,
"Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa menggangu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia." (HR Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa membuatnya bahagia dengan kebaikannya dan bersedih karena keburukannya, maka dia adalah orang mukmin."

Sukses itu bikin Percaya Diri
Ada lima golongan yang bakal menyesal. Siapa mereka?
1.    Orang yang kehilangan kesempatan beramal.
2.    Orang yang terputus dari saudaranya saat tertimpa musibah.
3.    Orang yang berhasil menangkap musuh tapi lepas kembali karena penjagaannya yang lemah.
4.    Orang yang meninggalkan istri shalihah jika diuji dengan wanita yang buruk.
5.    Orang yang bermaksiat hingga ajal menjemputnya.
(Ibnul Muqaffa’)

Dari sukses diri dalam melakukan kebaikan itu tumbuhlah rasa percaya diri. Setelah kita percaya diri, maka kita akan bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih banyak lagi.
Diantara balasan kebaikan itu adalah mengajak saudaranya, kebaikan yang lain.
Misalnya, kalau kita bangun malam, lalu shalat malam maka akan terbuka kebaikan lain seperti dzikir, tilawah, doa, bahkan tergerak untuk berniat puasa sunnah.

Barengilah dakwah kita dengan bekal ilmu agar lebih seru dan bermutu. Kepercayaan diri kita akan bertambah saat kita meraih kesuksesan, meskipun berasal dari sukses-sukses yang kecil. Adapun ketika menghadapi masalah, maka hal ini akan membuat kita lebih termotivasi untuk bisa meraih sukses yang lebih besar.

Sebaiknya jangan mengabaikan sukses-sukses kecil itu. Percayalah, bahwa sesungguhnya dari sukses-sukses kecil itu akan menjadi kesuksesan yang luar biasa pada bisnis kita di masa depan. Selamat menempuh hidup baru di jalan dakwah.

Ciri orang cerdas adalah orang yang tidak rela menyerah kalah dari segala bentuk kekurangan, serius melakukan perbaikan, sungguh-sungguh menggunakan kesempatan, dan kontinyu dalam menggandakan kebaikan.

***

Sumber : Quantum Tarbiyah, Ustadz Solikhin Abu Izzuddin

Melindungi, Mencintai..



Wanita tercipta dari tulang rusuk pria
Bukan dari kakinya untuk dihinakan
Bukan pula dari kepalanya untuk disembah
Tetapi dari tulang rusuk
Yang dekat dengan tangannya untuk dilindungi
Yang dekat dengan hatinya untuk dicintai

Dari seorang teman, saya hafal syair ini sejak SMP. Sampai sekarang saya tidak tahu persis siapa yang menggubah syair ini. Yang saya tahu, substansi syair ini tidak salah. Kata-katanya indah dan memiliki hikmah.

“Adam berjalan sendirian di surga”, kata Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, “Kemudian ia tertidur sejenak. Setelah bangun, dilihatnya duduk seorang wanita di sampingnya. Ia diciptakan dari tulang rusuk Adam” Kita kini mengetahui bahwa wanita itulah nenek moyang segala umat. Namanya Hawa. Ketika Malaikat bertanya kepada Adam, mengapa namanya Hawa, Adam menjawab: “Karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup”.

Kita pun mendapatkan keterangan yang lebih pasti dalam shahihain. “Wanita diciptakan dari tulang rusuk”, sabda Sang Nabi yang didengar langsung oleh Abu Hurairah.

Sejarah pernah mencatat dua model perlakuan kepada wanita yang melampaui batas. Yang pertama adalah menghinakannya. Di masa Arab Jahiliyah, misalnya, wanita tidak begitu dianggap selain “mesin reproduksi”. Sebagian besar orang Arab bahkan merasa anak perempuan sebagai beban dan aib. Maka, muncullah tradisi mengubur anak perempuan hidup-hidup. Di masa Yunani, posisi wanita juga tidak lebih baik. Para filosof bahkan saling berdebat apakah wanita memiliki jiwa atau tidak.

Sekarang? Masih banyak penghinaan wanita dalam bentuknya yang berbeda. Dalam balutan “modernitas” wanita direndahkan dengan cara yang lain. Dieksploitasi, difungsikan sebagai “marketing tools” dan pemuas nafsu kapitalisme. Kecantikan, keindahan kulit, dan keelokan tubuh menjadi standar “nilai jual” mereka.

Ada pula catatan-catatan kecil sejarah yang mendudukkan wanita secara salah dalam memuliakannya. Catatan minor ini hendak dituntut kembali oleh sebagian kecil orang atas nama kesetaraan gender. Jika segala urusan keluarga beserta pengambilan keputusannya diambil alih oleh wanita, dan sang suami tak lebih dari prajurit setia buta, itu juga awal dari kehancuran dari arah yang berbeda.

Maka interaksi seorang suami kepada istrinya mensyaratkan dua hal: melindungi, mencintai. Melindungi bukanlah mengungkungnya dalam penjara jiwa. Bukan sikap protektif yang merampas hak-haknya. Allah pernah memperingatkan para shabat agar tidak melarang istri-istrinya ke masjid. Melindungi bukan berarti memasungnya dalam cinta. Apatah lagi dalam kungkungan tanpa cinta.

Melindungi wanita dengan demikian adalah membentenginya dari kesengsaraan jiwa. Dan tiada kesengsaraan jiwa yang lebih pedih daripada terperosok dalam neraka. Maka dalam melindungi, QS. At-Tahrim ayat 6 menjadi kaidahnya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”

Sebenarnya antara melindungi dan mencintai sulit untukdipisahkan agar berdiri sendiri-sendiri. Seorang suami yang mencintai istrinya, ia akan melindunginya dengan segenap kemampuannya. Seorang ayah yang mencintai anaknya juga akan mati-matian melindungi mereka dari segala bahaya.

Bahkan kata-kata dan ungkapan cinta pun, dengan sendirinya ia menjadi perlindungan bagi orang yang dicintai. Hingga Mary Carolyn Davies mempuisikan dengan indah:
Ada sebuah tembok yang kuat
Di sekelilingku yang melindungiku;
Dibangun dari kata-kata yang kau ucapkan padaku

Meski tak dapat dipisahkan, keduanya –melindungi dan mencintai- tetap dapat dibedakan. Melindungi adalah bagian dari mencintai. Melindungi hanyalah salah satu konsekuensi mencintai. Melindungi adalah memberikan rasa aman, sementara cinta bukan hanya memberikan keamanan. Pada saat yang bersamaan atau bahkan sebelum melindungi, pekerjaan pecinta adalah memberikan perhatian. “Kalau intinya cinta adalah memberi”, kata Anis Matta dalam Serial Cinta, “maka pemberian pertama seorang pecinta sejati adalah perhatian”.

Perhatian dalam pekerjaan mencintai membuat seorang suami berkata kepada istrinya: “Aku mencintaimu sebagaimana kamu adanya”. Namun pecinta sejati tidak boleh berhenti di sini. Ia harus melanjutkan dengan tahap berikutnya: penumbuhan. Pada mulanya ia menerima segala kondisi kekasihnya. Namun dalam cinta, ia memberikan sentuhan edukasi pada hubungan cinta. Jadilah istrinya lebih shalihah, lebih cerdas, lebih dewasa, dan seterusnya.

Mencintai bukan berarti membiarkan tulang rusuk kita tetap bengkok. Dengan semangat penumbuhan kita diajari Sang Nabi dalam Shahihain: “Berwasiatlah yang baik kepada kaum wanita. Sebab, wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk bagian atas. Bila engkau hendak meluruskannya, maka ia akan patah. Dan bila engkau biarkan, maka ia akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah kebaikan kepada kaum wanita.”

Wallaahu a'lam bish shawab.
source: Samudra Tarbiyah