Bismillah

Foto saya
"wahai orang-orang beriman! bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat), dan bertaqwalah kepada Allah. sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.."

:::::::

Photobucket

23 Nov 2010

Nama Baik




Alkisah pada suatu ketika, Angin, Air, dan Nama Baik sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Angin, biasa datang terburu-buru seperti orang yang sedang marah. Bisa melompat disini dan menendang debu disana. Air berjalan dalam bentuk seorang putri. Ia selalu membawa kendi ditangannya, meneteskan beberapa air ditanah sekitarnya. Nama Baik berwujud dalam seorang pemuda yang tampan dengan sikap-sikap yang baik, namun sedikit pemalu.

Mereka saling menyukai, meskipun mereka sangat berbeda satu sama lain. Ketika mereka harus berpisah, mereka bertanya, “Kapan kita bisa bertemu untuk mengadakan perjalanan yang lain lagi ?”
Angin menjawab, “Engkau akan selalu menemukan aku di puncak gunung-gunung atau melompat-lompat di sekitar kakimu. Meniup debu kemana kamu pergi.”
Air berkata. “Aku juga akan selalu ada disekitarmu. Kamu bisa pergi kelaut atau sungai, bahkan kedapur, untuk menemuiku”.

Nama Baik tidak mengatakan apa-apa. Angin dan Air bertanya, “Nama Baik, kapan dan dimana kita akan bertemu lagi ?” Nama Baik menjawab, “Kamu tidak akan bertemu aku lagi dimanapun. Siapapun yang telah kehilangan aku sekali saja, takkan pernah mendapatkan aku lagi.”
Kaca, Porselen, dan Nama Baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak.

(Benjamin Franklin – ptr)

9 Nov 2010

Babi: Gudang Parasit dan Bakteri Berbahaya




Babi adalah hewan yang sangat kotor, dia biasanya memakan segala sesuatu yang diberikan kepadanya, baik kotoran maupun bangkai bahkan kotorannya sendiri atau kotoran manusia akan dia makan. Babi memiliki tabiat malas, tidak suka cahaya matahari, tidak suka berjalan-jalan, sangat suka makan dan tidur, memiliki sifat paling tamak. Semakin bertambah usia, babi akan semakin bodoh dan malas, tidak memiliki kehendak dan berjuang bahkan untuk membela diri sendiri saja enggan.
Oleh karena itu babi, banyak menimbulkan penyakit pada manusia. Babi dianggap hewan yang tidak layak dikonsumsi. Di antara parasit-parasit ini adalah sebagai berikut:

1. Cacing Taenia Solium
Parasit ini berupa larva yang berbentuk gelembung pada daging babi atau berbentuk butiran-butiran telur pada usus babi. Jika seseorang memakan daging babi tanpa dimasak dengan baik, maka dinding-dinding gelembung ini akan dicerna oleh perut manusia, dan larva-larva itu kemudian akan tumbuh di usus manusia. Peristiwa ini akan menghalangi perkembangan tubuh dan akan membentuk cacing pita yang panjangnya bisa mencapai 10 kaki, yang menempel di dinding usus dengan cara menempelkan kepalanya lalu menyerap unsur-unsur makanan yang ada di lambung. Hal itu bisa menyebabkan seseorang kekurangan darah dan gangguan pencernaan, karena cacing ini dapat mengeluarkan racun.
Apabila pada diri seseorang — khususnya anak-anak– telah diketahui terdapat cacing ini di lambungnya, maka dia akan mengalami histeria atau perasaan cemas. Terkadang larva yang ada di dalam usus manusia ini akan memasuki saluran peredaran darah dan terus menyebar ke seluruh tubuh, termasuk otak, hati, saraf tulang belakang, dan paru-paru. Dalam kondisi seperti ini cacing tersebut dapat menyebabkan penyakit yang mematikan.

2. Cacing Trichinila Spiralis
Cacing ini ada pada babi dalam bentuk gelembung-gelembung lembut. Jika seseorang mengonsumsi daging babi tanpa dimasak dengan baik, maka gelembung-gelembung — yang mengandung larva cacing ini — dapat tinggal di otot dan daging manusia, sekat antara paru dan jantung, dan di daerah-daerah lain di tubuh. Penyerangan cacing ini pada otot dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan menyebabkan gerakan jadi lambat, ditambah lagi sulit melakukan aktivitas. Sedang keberadaannya di sekat tersebut akan mempersempit pernafasan, yang bisa berakhir pada kematian.

3. Cacing Schistosoma Japonicum
Ini adalah cacing yang lebih berbahaya daripada cacing schistosoma yang dikenal di Mesir. Dan babi adalah satu-satunya binatang yang mengandung caciong ini. Cacing ini dapat menyerang manusia apabila mereka menyentuh atau mencuci dengan air yang mengandung larva cacing ini yang biasanya datang dari kotoran babi yang masuk ke dalamnya. Cacing ini dapat membakar kulit manusia serta dapat menyelinap ke dalam darah, paru, dan hati. Cacing ini berkembang sangat cepat, dalam sehari bisa mencapai lebih dari 20000 telur, yang dapat membakar kulit, lambung dan hati, terkadang dapat menyerang otak dan saraf tulang belakang yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian.

4. Fasciolepsis Buski
Parasit ini hidup di usus halus babi dalam waktu yang lama. Ketika terjadi percampuran antara usus dan tinja, parasit ini akan berada dalam bentuk tertentu yang bersifat cair yang bisa memindahkan penyakit pada manusia. Kebanyakan jenis parasit ini terdapat di daerah Cina dan Asia Timur. Parasit ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan, diare dan pembengkakan di sekujur tubuh, yang bisa menyebabkan kematian.
5. Cacing Ascaris
Panjang cacing ini sekitar 10 inci. Cacing ini bisa menyebabkan radang paru, batang tenggorokan, dan penyumbatan lambung. Cacing ini tidak bisa dibasmi di dalam tubuh kecuali dengan operasi.

6. Cacing Anklestoma
Larva cacing ini masuk ke dalam tubuh dengan cara membakar kulit ketika seseorang berjalan, mandi atau minum air yang tercemar. Cacing ini bisa menyebabkan diare dan pendarahan di tinja, yang bisa menyebabkan terjadinya kekurangan darah, kekurangan protein dalam tubuh, pembengkakan tubuh dan menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan mental, lemah jantung dan akhirnya bisa menyebabkan kematian.

7. Calonorchis Sinensis
Ini sejenis cacing yang menyelinap dan tinggal di dalam air empedu hati babi, yang merupakan sumber utama penularan penyakit pada manusia. Cacing ini terdapat di Cinda dan Asia Timur, karena orang-orang di sana biasa memelihara dan mengonsumsi babi. Virus ini bisa menyebabkan pembengkakan hati manusia dan penyakit kuning yang disertai diare yang parah, dan tubuh menjadi kurus dan berakhir dengan kematian.

8. Cacing Paragonimus
Cacing ini hidup di paru-paru babi. Cacing ini tersebar luas di Cina dan Asia Tenggara tempat dimana babi banyak dipelihara dan dikonsumsi. Cacing ini bisa menyebabkan radang pada paru-paru. Sampai sekarang belum ditemukan cara membunuh cacing di dalam paru-paru. Tapi yang jelas cacing ini tidak terdapat, kecuali di tempat babi hidup. Parasit ini bisa menyebabkan pendarahan paru-paru kronis, dimana penderitanya akan merasa sakit, ludah berwarna coklat seperti karat, karena terjadi pendarahan pada kedua paru.

9. Swine Erysipelas
Parasit ini terdapat di kulit babi. Parasit ini selalu siap pembakaran pada klit manusia yang mencoba mendekati atau berinteraksi dengannya. Parasit ini bisa menyebabkan radang kulit manusia yang memperlihatkan warna merah dan suhu tubuh tinggi.
Sedang kuman-kuman yang ada pada babi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, antara lain:

1. TBC
Penyakit ini mungkin berasal dari babi yang dagingnya dimakan oleh manusia tanpa dimasak dengan baik. Bisa juga terjadi hanya dengan menyentuhnya.
2. Cacar (Small Pox)
Virus ini pindah dari babi ke tubuh manusia dengan cara persentuhan atau memakan daging yang terkena penyakit ini.
3. Gatal-Gatal (Scabies)
Penyakit ini bisa mengenai manusia dengan cara menyentuh kulit babi.
4. Kuman Rusiformas
Yaitu kuman yang bisa melakukan pembusukan pada kedua kaki dan sulit untuk disembuhkan.
5. Salmonella Choler Suis
6. Blantidium Coli
Babi dianggap sebagai hewan utama yang menjadi tempat tumbuh suburnya parasit ini, yang menyebabkan disentri parah pada seseorang.
7. Mikroba Brocellosis
Kotoran babi dianggap sebagai sumber utama munculnya mikroba ini. Penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba ini sangat menular yang dapat menimbulkan penyakit di daerah sekitarnya, serta bisa menyebabkan demam malta fever pada manusia.
8. Mikroba Toxoplasma Gondi
Mikroba ini banyak sekali terdapat di tempat-tempat pemeliharaan babi. Penyakit ini menyerang manusia melalui makanan yang tercemar oleh kotoran babi atau menghirup udara atau debu yang mengandung gelembung-gelembung mikroba ini.
Mikroba ini bisa masuk pada getah bening, limpa dan hati. Hal itu menyebabkan demam yang panjang dan menurunnya imunitas tubuh, radang otot dan jantung. Serta bisa menyebabkan gangguan pernafasan, karena mikroba ini juga menyerang paru. Bisa juga menyerang mata berupa peradangan parah pada daerah mata, yang akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Mikroba ini pun bisa menyerang sel-sel telinga bagian dalam yang bisa menyebabkan ketulian. Terkadang menyerang wanita hamil, yang karenanya janin yang lahir akan meninggal beberapa hari atau beberapa minggu setelah kelahiran. Atau bisa juga, bayi akan lahir dalam keadaan cacat.
so, keep take care your health!
Sumber: Buku Pola Makan Rasulullah oleh Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad

Akan Selau Ada Pahlawan Di Setiap Kezhaliman






Ibrahim gagah menantang Raja Namruj yang tengah geram, dikelilingi sejumlah pasukan dan beberapa algojonya, Namruj bertanya, “Hai anak kecil, kamukah yang menghancurkan patung-patung sesembahan kami?”. Dengan enteng Ibrahim berkata, “Tanyakan saja pada patung yang lebih besar itu, mungkin dia yang melakukannya karena kapak itu masih tergantung padanya,” ledek Ibrahim sambil menunjuk patung yang besar yang sengaja tidak dihancurkannya. Tentu saja Raja Namruj yang terkenal kejam itu semakin berang mendengar jawaban Ibrahim. Bukan hanya karena merasa dipermainkan seorang anak kecil, melainkan juga, jawaban itu, terasa menohok sisi kebodohan dirinya dan semua pengikutnya dengan menyembah sesuatu yang tak memiliki kuasa melakukan satu apapun.
Alhasil, keberangan yang bercampur perasaan terhina Raja Namruj membuat Ibrahim ‘dihadiahi’ hukum bakar, selain karena Ibrahim adalah tersangka utama pelaku ‘teror’ terhadap tempat ibadah kaum yang dipimpin Raja Namruj itu. Namun kuasa Allah bermain, makar apapun yang dibuat manusia takkan pernah bisa mengalahkan makar Allah. Seganas dan semerah menyala api membakar tubuh Ibrahim kecil, tak sedikitpun kulitnya tersentuh oleh jilatan api.

Kisah lain, Daud yang memiliki kemampuan berperang yang hebat tak gentar menghadapi pertarungan “semut lawan gajah” melawan Raja Jalut yang terkenal bengis dan kejam. Daud yang berasal dari kalangan bawah dengan berbekal sebilah pedang tanpa baju besi, akhirnya mampu mengalahkan Raja Jalut yang besar dengan segudang pengalaman bertarungnya. Dalam versi barat, kisah ini dikenal dengan “David Versus Goliath”.

Sementara itu, seorang utusan Allah lainnya, Musa dengan ditemani saudaranya Harun, menentang kekejaman ‘ayah asuhnya’ sendiri, Raja Fir’aun yang zhalim dan diktator. Kekuasaanya yang begitu tinggi membuat Fir’aun teramat angkuh menobatkan diri sebagai Tuhan. Kesombongan yang didukung oleh seorang ilmuan hebat bernama Hamman dan seorang kaya bernama Qarun, jadilah ia semakin jumawa. Fir’aun yang terkenal kejam tidak ingin seseorang kelak menghancurkannya, maka kemudian atas perintahnya, semua bayi laki-laki yang lahir pada masa pemerintahannya pun dibunuhi. Sekali lagi, Kuasa Allah bermain, bahwa kemudian seorang pemuda Musa yang justru hidup di lingkungan istana Fir'aun oleh lembutnya kasih sayang Asiah, menenggelamkan Raja zhalim itu ke dasar lautan. 

Dalam khazanah barat, kita pun mengenal kisah yang hampir serupa, yakni kisah kepahlawanan yang berasal dari orang-orang kecil yang menentang kezhaliman penguasa. Cerita rakyat Robin Hood mungkin bisa menjadi contoh. Berjuang dari pedalaman hutan Sherwood, Robin bersama para pengikut setianya ‘merampok’ harta para bangsawan yang hendak menyerahkan upeti kepada King Richard The Lionheart. Otomatis, meski makin dicintai rakyat kecil, sepak terjang si pemanah ulung itu menempatkannya dalam daftar buronan nomor wahid di Inggris saat itu.

Cerita yang hampir sama juga dilakukan legenda Meksiko, Zorro. Dibalik topeng yang menyembunyikan identitasnya, Zorro membantu orang-orang lemah untuk melawan dan bangkit dari ketertindasan. Mungkin dua cerita diatas hanyalah mitos atau sekedar cerita rekaan. Namun setidaknya memberikan satu hikmah, bahwa harus ada orang-orang pemberani untuk melawan kezhaliman.

Nampaknya, soal keberadaan orang-orang besar yang berlaku zhalim di setiap negeri di setiap zaman sudah menjadi sunnatullah. Hal itu ditegaskan-Nya dalam Surat Al An’aam ayat 123: “Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. ...”

Kalau dulu ada Ibrahim yang menentang Namruj, Daud versus Jalut, Musa yang menenggelamkan Fir’aun serta masih banyak lagi tokoh kepahlawanan yang berani berdiri menantang segala bentuk kezhaliman di muka bumi dalam satu negeri, kini disaat negeri ini, agama ini tengah dihujani dengan cobaan bertubi-tubi, oleh kekuatan-kekuatan yang terus merongrong, menteror bahkan mencoba menjadikan agama ini hitam pekat oleh karena kejahilan orang-orang yang tak bertanggungjawab, adakah lagi pahlawan-pahlawan yang menjadi tameng pembela seperti halnya Ibrahim, Daud dan Musa? Tentu saja ada. Karena gemuruh jihad tengah bergelora dalam dada-dada para pahlawan itu. Tinggal bagaimana diri ini menentukan sikap, memadamkan gemuruh itu dan membiarkan orang lain mengambil kesempatan menorehkan nama pada kemuliaan atau menjadikan gemuruh itu sebuah halilintar yang menggetarkan nyali musuh Allah. Bagaimana dengan kezaliman di Indonesia??
Andakah pahlawan yg di tunggu?? jadilah cahaya pemadam kezaliman di negrimu.
 Wallaahu a’lam bishshowaab.

(Bayu Gautama + di edit dan di tambah sekadarnya)

Cinta Tak Terbalas






Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh “seseorang”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine. Saya memang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.
Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor. (Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)

Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?
Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan “sayang” betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan... Jangan-jangan hanya jadi beban...
Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat di rumah sakit... Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Dari orang tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa seringnya kita tidak menyadari...
Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)

Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Duh... Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya. Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...
Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya. Pasti!
Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.

Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya... Lisan kejam dan menyayat-nyayat... Waktu yang terbuang sia-sia...
Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta?

Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi. Tulisan ini bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya aja. Yuk, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas.

sumber: Di rahasiakan.. ^_^

8 Nov 2010

Hidup Kaya Raya Tidak Selalu Berarti Disayang Allah






Hidup kaya raya di dunia tidak selalu berarti di sayang Allah, saudaraku. seringkali kita melihat dan memperhatikan, bahwa orang-orang non muslim, pelaku bisnis kotor, kok hidup didunia ini terlihat senang, kaya raya, bahkan terhormat. Sebaliknya, mengapa ummat islam yang sehari-harinya rajin ibadah, masih sangat banyak yang hidupnya serba miskin dan kesusahan. Pertanyaannya, apa rahasia Allah dibalik semua ini?

Mengapa seolah membiarkan yang jahat hidupnya lebih makmur dan berkuasa, bahkan menindas terus kaum lemah? Mengapa para penjahat kelas hiu tetap terbebas dari hukum dunia, mereka bebas berkeliaraan dan beraktivitas secara normal bahkan dapat mengeruk terus kekayaaan dari bisnisnya? Tentunya masih akan banyak lagi berbagai pertanyaan dari benak kita, yang terutama akan muncul dari sesama muslim yang hidupnya hingga saat ini masih dalam taraf kesusahan. Susah dalam mendapatkan penghasilan yang memadai, susah untuk menyekolahkan anak dengan layak, bahkan tidak sedikit yang kesusahan sekalipun untuk memenuhi makan sehari-hari, apalagi kalau ingin makan dengan syarat makan yang sehat, tentunya masih jauh sekali.

Jika manusia ternyata lebih banyak berkeluh kesah dalam menyikapi perjalanan hidup ini, itu sangat wajar dan normal karena jelas jawabannya ada dalam Al-Qur'an sebagai Firman Allah yang Maha Tahu segalanya tentang kehidupan ini dari awal penciptaan hingga berakhirnya kehidupan di dunia kelak. Mari kita perhatikan petikan ayat Al-Quran berikut ini: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir". (Al Ma'arij: 19-21)

Allah yang Maha Bijaksana, yang selalu menunjukkan jalan untuk kebaikan bagi manusia, pada ayat selanjutnya Allah memberikan jalan keluar agar manusia yang memiliki sifat dasar keluh kesah, kikir, tersebut dapat memilihnya.
"Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya". (Al Ma'arij: 22-27)
Kembali pada pertanyaan mengapa Allah memberikan dan memperlihatkan hidup di dunia lebih makmur bagi orang kafir, atau orang jahat, daripada kepada umat islam yang ahli ibadah. Jawabanya juga sangat jelas tersedia dalam ayat berikut: "Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang
nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir." (At Taubah: 55)

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang ayat di atas: Allah Ta'ala berfirman kepada Rasul-Nya, "Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu." Penggalan di atas seperti firman Allah Ta'ala, "Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar." (QS. 23:55,56).
Qatadah menafsirkan, "Susunan kalimat yang dikemudiankan dan diakhirkan". Asal ayat ini kira-kira, "Maka janganlah harta dan anak-anak mereka mempesonamu dalam kehidupan dunia. Sesungguhnya Allah hendak menyiksa mereka dengannya di akhirat.".
Namun Hasan Basri menafsirkan, "Dia menyiksa mereka karena menolak zakat dan tidak menginfakkan sebagian hartanya dijalan Allah." Firman Allah Ta'ala, "Dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir." Yakni, Dia hendak mematikan mereka dalam keadaan kafir agar hal itu lebih menistakan mereka dan memberatkan siksanya.

Saudaraku, jadi sangat jelas, bahwa ummat Islam agar tidak termasuk manusia yang memiliki sifat keluh kesah jika ditimpa kesusahan, dan tidak kikir jika diberikan kebahagiaan oleh Allah Ta'ala, maka obatnya ikuti saja petunjuk-Nya. Dan ummat Islam tidak perlu bersusah payah seperti membenci berat, terhadap manusia yang kafir, dan yang berlaku jahat, padahal mereka hidup dengan bergelimang harta, bahkan dihormati. Tetapi cukup menyikapinya dengan sangat berlapang dada, dan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Pemilik Rencana Matang dan Adil, yaitu Allah akan membiarkan mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan, yaitu mati dalam keadaan kafir, dan mendapatkan siksa yang teramat pedih di akhirat kelak. Ummat Islam yang hingga saat ini kehidupannya masih kesusahaan, Allah sedang menguji apakah berkeluh kesah atau sebaliknya semakin beriman.

Bagi ummat Islam yang kehidupannya telah diberikan kemapanan, Allah juga sedang menguji apakah mereka kikir atau semakin beriman pula. Dengan demikian Allah telah jelas memberikan dua jalan pilihan bagi manusia, yaitu jalan yang baik untuk menuju Surga, dan jalan penuh maksiat dan jahat untuk menuju Neraka. Silahkan pilih jalan mana?
Saudaraku, sebaiknya kita berlindung kepada Allah Ta'ala, agar dimatikan dalam keadaan Islam dan iman. Wallahu 'alam bishshowaab.

source: Eramuslim 2003

7 Nov 2010

Pada Mu Rabbi Aku Berjanji


Allah berfirman,
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS At Taubah : 111)

Karena kita sudah berjanji...
Mau tidak mau, sadar atau tidak, terpaksa atau rela, kita sudah berjanji kepada Allah. Berjanji untuk tunduk kepada aturan-Nya, menjadikan Allah sebagai Rabb kita. Sejak dalam kandungan sesungguhnya manusia telah diminta perjanjian atau transaksi untuk menyembah hanya kepada Allah.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS Al A’raf : 172)

Tidak dipaksa untuk bersyahadat
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah : 256)

Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, pakar pendidikan Islam, dalam kitab Tarbiyah Ruhiyah bahwa salah satu jalan menuju taqwa adalah mu’ahadah. Yakni selalu mengingat perjanjian dengan Allah. Dalam sehari minimal 9 kali seorang muslim mengucapkan persaksiannya bahwa tidak ada ilah yang haq untuk disembah kecuali hanya Allah, dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.

Ikrar ini memiliki konsekuensi sebagai mitsaqan ghalizha, perjanjian yang agung. Terlebih karena ikrar ini kita ucapkan dengan sesadar-sadarnya dalam shalat tanpa paksaan sama sekali.

Kita telah berjanji, terpaksa atau dengan senang hati. Mu’ahadah berarti kita mengingat itu semua sebagai konsekuensi dari janji, karena setiap janji akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka tepatilah janjimu. Allah berfirman,

"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (QS An Nahl :91)

Untuk Memenuhi Janji Itu

Janji adalah energi. Kekuatannya dahsyat merasuk ke dalam hati. Sebab ia mengikat untuk diikuti dan dipatuhi.

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…" (QS Al Ma’idah : 1)

"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar." (QS Al Fath : 10)

Penuhilah janjimu!
Karena kita sudah berjanji dan wajib menunaikannya, maka kita kita harus menenggelamkan diri dalam atmosfir tarbiyah untuk meningkatkan kualitas diri, keluarga dan masyarakat guna meraih kesempurnaan Islam, Iman, dan Ihsan serta mendapat ridha Allah.

Mengakui keunikan pribadi
Tarbiyah tidak dimaksudkan untuk membentuk pribadi yang seragam, atau menyeragamkan kepribadian. Tetapi justru mengakui keberagaman dan keunikan untuk diberdayakan sesuai keistimewaan yang telah Allah anugerahkan. Karena kata Nabi setiap manusia memiliki karakteristik masing-masing. "Sebaik-baik kalian di era jahiliyah, sebaik-baik pula di era Islam".

Dimulai dari diri sendiri
Ini tentu menuntut adanya kefahaman, keikhlasan, pengamalan, ketaatan, pengorbanan, kemurnian dan ketulusan, kerja sama serta saling percaya (tsiqah). Tarbiyah yang dibingkai kesadaran penuh inilah yang akan membawa seseorang pada kekokohan sikap, atsbatuhum muqiifan.

Komitmen terhadap diri sendiri
Rahasia sukses ada di tangan kita. Kitalah yang menentukan sukses maupun kegagalan kita. Imam Hasan Al-Hudhaibi berpesan, "Tegakkanlah daulah Islam di dadamu maka akan tertegak ia di bumimu". Jangan menuntut orang lain, tapi tuntutlah diri sendiri. Ajaklah orang lain dengan magnet kebaikan, serulah manusia dengan teladan utama, kuatkan pengaruhmu dengan ketulusan jiwa, jaga dirimu di mana saja berada dengan akhlak mulia, buka pertolongan Allah dengan banyak ibadah.

Terbatas tapi teratas
Orang yang terbatas justru kreatif. Kami yakin bahwa tarbiyah yang sukses bukan terletak pada banyaknya, mahalnya, lengkapnya fasilitas yang ada, tetapi lebih pada kemauan yang kuat dan kreativitas yang selalu terasah. Sehingga apapun keadaannya aktivitas tarbiyah tetap berlangsung, meski dalam keterbatasan, bahkan sangat terbatas.

Kita tidak berorientasi kepada keterbatasan tapi bagaimana menciptakan kemelimpahan. Kitalah yang menciptakan kondisi. Kitalah yang membuat momentum itu menjadi ada. Kitalah yang berupaya menghadirkan perubahan menjadi nyata dan agar eksistensi tetap terjaga.

Membangun Kecerdasan Tarbiyah

"Tak kudapatkan cela yang paling besar pada diri seseorang selain kemampuannya untuk sempurna, tetapi dia tidak mau berjuang untuk meraihnya." (Abu Thayyib Al Mutanabbi)

Tarbiyah itu mencerdaskan
Empat kunci ketenangan hidup
"Aku bisa tenang menjalani hidup ini karena empat hal. Pertama, aku tahu bahwa rezekiku tidak akan jatuh ke tangan orang lain, maka hatiku menjadi tenang. Kedua, aku tahu bahwa tugasku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengannya. Ketiga, aku tahu bahwa Allah selalu melihatku, maka aku malu jika aku menjatuhkan diriku dalam lumpur dosa. Keempat, aku tahu bahwa ajal itu pasti datang, maka aku selalu bersiap-siap menantinya." (Imam Hasan Al-Basri)

Tarbiyah adalah cara cerdas untuk bahagia, menggapai apa yang semestinya kita dapatkan, menyempurnakan kekurangan, menutup aib dan cela, mengubah tantangan menjadi peluang, mengubah hambatan menjadi kesempatan.

Ciri orang cerdas adalah orang berpikir dan bertindak lebih cepat dari masanya.

Kecerdasan itu dicapai dengan usaha yang serius dan terus menerus. Serius bukan berarti tidak pernah tertawa. Serius tarbiyah juga bukan berarti tidak bekerja, hanya melulu tarbiyah, bukan itu. Justru orang yang serius itulah yang hidup dengan visi dan misi yang jelas, hidup untuk memberi manfaat, serius dalam amal dan ibadah, agar hidup terasa lebih nikmat.

Lakukan Positioning diri
Beriman berbeda dengan sekedar berislam. Sebab iman tidak akan bermanfaat tanpa amal. Firman Allah,
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS Al Hujurat : 14-15)

Katakan dengan prestasi
Tiga kunci kebaikan
"Ada tiga hal yang apabila ketiganya ada pada dirimu, niscaya akan turun kebaikan dari langit dan pasti kamu akan mendapatkan bagiannya. Pertama, hendaklah amalanmu hanya untuk Allah SWT. Kedua, sukailah doa yang menjadi milik orang lain seperti engkau menyukai untuk dirimu. Ketiga, jagalah kehalalan makananmu semampumu." (Abu Hudzaifah ra.)

Raih suksesmu
Rasulullah SAW bersabda,
"Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa menggangu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia." (HR Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa membuatnya bahagia dengan kebaikannya dan bersedih karena keburukannya, maka dia adalah orang mukmin."

Sukses itu bikin Percaya Diri
Ada lima golongan yang bakal menyesal. Siapa mereka?
1.    Orang yang kehilangan kesempatan beramal.
2.    Orang yang terputus dari saudaranya saat tertimpa musibah.
3.    Orang yang berhasil menangkap musuh tapi lepas kembali karena penjagaannya yang lemah.
4.    Orang yang meninggalkan istri shalihah jika diuji dengan wanita yang buruk.
5.    Orang yang bermaksiat hingga ajal menjemputnya.
(Ibnul Muqaffa’)

Dari sukses diri dalam melakukan kebaikan itu tumbuhlah rasa percaya diri. Setelah kita percaya diri, maka kita akan bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih banyak lagi.
Diantara balasan kebaikan itu adalah mengajak saudaranya, kebaikan yang lain.
Misalnya, kalau kita bangun malam, lalu shalat malam maka akan terbuka kebaikan lain seperti dzikir, tilawah, doa, bahkan tergerak untuk berniat puasa sunnah.

Barengilah dakwah kita dengan bekal ilmu agar lebih seru dan bermutu. Kepercayaan diri kita akan bertambah saat kita meraih kesuksesan, meskipun berasal dari sukses-sukses yang kecil. Adapun ketika menghadapi masalah, maka hal ini akan membuat kita lebih termotivasi untuk bisa meraih sukses yang lebih besar.

Sebaiknya jangan mengabaikan sukses-sukses kecil itu. Percayalah, bahwa sesungguhnya dari sukses-sukses kecil itu akan menjadi kesuksesan yang luar biasa pada bisnis kita di masa depan. Selamat menempuh hidup baru di jalan dakwah.

Ciri orang cerdas adalah orang yang tidak rela menyerah kalah dari segala bentuk kekurangan, serius melakukan perbaikan, sungguh-sungguh menggunakan kesempatan, dan kontinyu dalam menggandakan kebaikan.

***

Sumber : Quantum Tarbiyah, Ustadz Solikhin Abu Izzuddin

Melindungi, Mencintai..



Wanita tercipta dari tulang rusuk pria
Bukan dari kakinya untuk dihinakan
Bukan pula dari kepalanya untuk disembah
Tetapi dari tulang rusuk
Yang dekat dengan tangannya untuk dilindungi
Yang dekat dengan hatinya untuk dicintai

Dari seorang teman, saya hafal syair ini sejak SMP. Sampai sekarang saya tidak tahu persis siapa yang menggubah syair ini. Yang saya tahu, substansi syair ini tidak salah. Kata-katanya indah dan memiliki hikmah.

“Adam berjalan sendirian di surga”, kata Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, “Kemudian ia tertidur sejenak. Setelah bangun, dilihatnya duduk seorang wanita di sampingnya. Ia diciptakan dari tulang rusuk Adam” Kita kini mengetahui bahwa wanita itulah nenek moyang segala umat. Namanya Hawa. Ketika Malaikat bertanya kepada Adam, mengapa namanya Hawa, Adam menjawab: “Karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup”.

Kita pun mendapatkan keterangan yang lebih pasti dalam shahihain. “Wanita diciptakan dari tulang rusuk”, sabda Sang Nabi yang didengar langsung oleh Abu Hurairah.

Sejarah pernah mencatat dua model perlakuan kepada wanita yang melampaui batas. Yang pertama adalah menghinakannya. Di masa Arab Jahiliyah, misalnya, wanita tidak begitu dianggap selain “mesin reproduksi”. Sebagian besar orang Arab bahkan merasa anak perempuan sebagai beban dan aib. Maka, muncullah tradisi mengubur anak perempuan hidup-hidup. Di masa Yunani, posisi wanita juga tidak lebih baik. Para filosof bahkan saling berdebat apakah wanita memiliki jiwa atau tidak.

Sekarang? Masih banyak penghinaan wanita dalam bentuknya yang berbeda. Dalam balutan “modernitas” wanita direndahkan dengan cara yang lain. Dieksploitasi, difungsikan sebagai “marketing tools” dan pemuas nafsu kapitalisme. Kecantikan, keindahan kulit, dan keelokan tubuh menjadi standar “nilai jual” mereka.

Ada pula catatan-catatan kecil sejarah yang mendudukkan wanita secara salah dalam memuliakannya. Catatan minor ini hendak dituntut kembali oleh sebagian kecil orang atas nama kesetaraan gender. Jika segala urusan keluarga beserta pengambilan keputusannya diambil alih oleh wanita, dan sang suami tak lebih dari prajurit setia buta, itu juga awal dari kehancuran dari arah yang berbeda.

Maka interaksi seorang suami kepada istrinya mensyaratkan dua hal: melindungi, mencintai. Melindungi bukanlah mengungkungnya dalam penjara jiwa. Bukan sikap protektif yang merampas hak-haknya. Allah pernah memperingatkan para shabat agar tidak melarang istri-istrinya ke masjid. Melindungi bukan berarti memasungnya dalam cinta. Apatah lagi dalam kungkungan tanpa cinta.

Melindungi wanita dengan demikian adalah membentenginya dari kesengsaraan jiwa. Dan tiada kesengsaraan jiwa yang lebih pedih daripada terperosok dalam neraka. Maka dalam melindungi, QS. At-Tahrim ayat 6 menjadi kaidahnya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”

Sebenarnya antara melindungi dan mencintai sulit untukdipisahkan agar berdiri sendiri-sendiri. Seorang suami yang mencintai istrinya, ia akan melindunginya dengan segenap kemampuannya. Seorang ayah yang mencintai anaknya juga akan mati-matian melindungi mereka dari segala bahaya.

Bahkan kata-kata dan ungkapan cinta pun, dengan sendirinya ia menjadi perlindungan bagi orang yang dicintai. Hingga Mary Carolyn Davies mempuisikan dengan indah:
Ada sebuah tembok yang kuat
Di sekelilingku yang melindungiku;
Dibangun dari kata-kata yang kau ucapkan padaku

Meski tak dapat dipisahkan, keduanya –melindungi dan mencintai- tetap dapat dibedakan. Melindungi adalah bagian dari mencintai. Melindungi hanyalah salah satu konsekuensi mencintai. Melindungi adalah memberikan rasa aman, sementara cinta bukan hanya memberikan keamanan. Pada saat yang bersamaan atau bahkan sebelum melindungi, pekerjaan pecinta adalah memberikan perhatian. “Kalau intinya cinta adalah memberi”, kata Anis Matta dalam Serial Cinta, “maka pemberian pertama seorang pecinta sejati adalah perhatian”.

Perhatian dalam pekerjaan mencintai membuat seorang suami berkata kepada istrinya: “Aku mencintaimu sebagaimana kamu adanya”. Namun pecinta sejati tidak boleh berhenti di sini. Ia harus melanjutkan dengan tahap berikutnya: penumbuhan. Pada mulanya ia menerima segala kondisi kekasihnya. Namun dalam cinta, ia memberikan sentuhan edukasi pada hubungan cinta. Jadilah istrinya lebih shalihah, lebih cerdas, lebih dewasa, dan seterusnya.

Mencintai bukan berarti membiarkan tulang rusuk kita tetap bengkok. Dengan semangat penumbuhan kita diajari Sang Nabi dalam Shahihain: “Berwasiatlah yang baik kepada kaum wanita. Sebab, wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk bagian atas. Bila engkau hendak meluruskannya, maka ia akan patah. Dan bila engkau biarkan, maka ia akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah kebaikan kepada kaum wanita.”

Wallaahu a'lam bish shawab.
source: Samudra Tarbiyah